Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMABISNISNASIONALTERBARU

Sambut Bio Cycle, Kembangkan Budidaya Maggot Skala Industri di Sumbar

436
×

Sambut Bio Cycle, Kembangkan Budidaya Maggot Skala Industri di Sumbar

Sebarkan artikel ini
Gubernur Sumbar, Buya Mahyeldi dengan jajaran PT. Bio Cycle Indonesia yang bergerak di budidaya maggot, di Istana Kompleks Gubernuran Sumbar, Selasa (11/10/2022).**Foto dok/diskmftk smbr.

SUMBAR, RELASIPUBLIK – Dengan komposisi sampah organik yang tinggi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah, Sumatera Barat (Sumbar) memiliki potensi menjanjikan untuk pengembangan budidaya belatung atau maggot (larva lalat black soldier fly) skala industri. Selain menjadi solusi pengurangan sampah, maggot juga bisa menjadi sumber protein berbiaya murah yang akan sangat membantu peternak.

Hal itu terungkap dalam pertemuan Gubernur Sumbar, Buya Mahyeldi dengan jajaran PT. Bio Cycle Indonesia yang bergerak di budidaya maggot, di Istana Kompleks Gubernuran Sumbar, Selasa (11/10/2022). Pada kesempatan tersebut Gubernur antusias mendengarkan presentasi dari Budi Tanaka, pengusaha yang telah sukses dalam penangkaran maggot skala industri.

Budi mengaku Maggot tidak hanya menjadi solusi dalam pengelolaan sampah, tetapi menjadi solusi untuk pupuk pertanian maupun pakan ikan. Selain itu larva tersebut dapat terjamin
ketersediaannya setiap saat. Harganya juga realtif lebih murah dibanding sumber protein lainnya, dengan demikian dapat menekan biaya pakan dalam industri peternakan, yang berkontribusi sekitar 70-75 persen dari total biaya produksi.

“Alur budidaya maggot diawali dari telur lalat BSF lalu ditetaskan sampai menjadi larva, kemudian maggot itu diberikan makan dari limbah organik yang biasanya dari sampah dapur seperti nasi, buah atau sayur, kemudian dalam waktu 14 hari, larva itu akan membesar dan digunakan untuk pakan ikan maupun pakan ternak,” ungkap budi.

Budi juga mengungkapkan bahwa untuk mencapai hasil yang optimal, kebutuhan sampah untuk pakan maggot bisa mencapai 1:8. Artinya, untuk 1 kg maggot, diperlukan kurang lebih 8 kg sampah organik. Angka tersebut tentunya dapat berubah sesuai kondisi yang dihadapi. Jika pembudidaya ingin meraih hasil lebih baik, asupan pakan bisa ditingkatkan. Begitu pula sebaliknya.

Gubernur Sumatera Barat, Buya Mahyeldi, mengapresiasi rencana pengembangan maggot di Sumbar, ia mengungkapkan bahwa industri maggot cocok dibangun di Kawasan TPA, di Sumbar pun terdapat TPA besar yaitu di Padang, Solok, dan Payakumbuh.

“Maggot ini dalam prosesnya akan memakan sampah organik yang akan sangat membantu mengurangi sampah secara signifikan mengingat komposisi sampah di Kota Padang mayoritas dipenuhi oleh sampah organik,” papar gubernur.

Gubernur juga mengaku selama ini Pemprov Sumbar tengah fokus untuk mengurangi jumlah produksi sampah. Ia juga menyambut positif kerjasama PT. Bio Cycle Indonesia dalam mengembangkan industri maggot di Sumbar. Menurutnya maggot sebagai salah satu solusi mengatasi masalah sampah di Sumbar.

“Kami tertarik membangun industri pengembangan maggot dan berpeluang menjalin kerjasama dengan Bio Cycle, terkait pengelolaan sampah, pupuk pertanian, dan pakan ikan yang nantinya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat,” ujar gubernur. (Via/MMC)

Diskominfotik Sumbar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *