PAINAN, RELASIPUBLIK –Tiap tahun, masyarakat Kampung Gurun Panjang, Nagari Kapuh, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupeten Pesisir Selatan (Pessel), kembali melakukan tradisi maarak hewan kurban sebelum disembelih pada Idul adha 1440 tahun ini.
Pantauan Relasipublik.com di lapangan, Minggu (11/8), 10 ekor sapi kurban ditambah dua ekor kambing yang sudah dihias, tampak diarak keliling kampung untuk dibawa ke lokasi pemotongan di belakang Musala Jabal Nur.
Arak-arakan hewan kurban tersebut, juga dimeriahkan dengan iringan musik talempong dan salawat nabi.
Ketua panitia kurban Musholla Jabal Nur, Oyong (56) mengatakan, arak-arakan tersebut adalah tradisi dari nenek moyang terdahulu, dengan tujuan untuk mempertahankan kembali tradisi yang hampir tergerus.
“Sebagian dari kita jarang yang memakai tradisi seperti ini sebelum berkurban. Ini adalah tradisi unik untuk mengingat kembali warisan leluhur kita,” ujarnya.
“Namun, sapi-sapi yang akan disembelih, terlebih dahulu harus dihiasi bunga melati pada bagian kepalanya, dan harus diarak keliling kampung dan diiringi dengan salawat nabi dan musik tradisional talempong,” ungkapnya.
Tradisi mengarak sapi kurban, ungkapnya, sengaja digelar kembali untuk mengingatkan generasi muda agar tradisi tersebut tidak lekang ditelan zaman.
Menurutnya, tradisi mengarak hewan kurban tidak lebih hanya sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, karena telah diberikan kesehatan dan rezeki yang berlimpah, hingga bisa membeli hewan kurban tersebut.
“Alhamdulilah, tahun ini kami menyembelih 20 ekor sapi dan dua ekor kambing, pada tahun sebelumnya hanya sembilan ekor sapi dan satu ekor kambing, artinya ada peningkatan tahun ini, “ujarnya lagi.
Selaras, dikatakan salah seorang pekerja, Idet (32) mengatakan, tradisi maarak memang rutin tiap tahunnya dilakukan warga Gurun Panjang.
“Karena ada tradisi seperti ini, kampung kita menjadi ramai kembali, hari raya Idul adha tahun ini terasa sangat berkesan dan semarak, “ungkapnya.
Guru olahraga SMAN 1 Tarusan itu menjelaskan, usai hewan kurban disembelih, maka daging sapi itu akan dibagi rata kepada seluruh masyarakat sekitar, termasuk juga fakir miskin, kaum duafa, anak yatim dan piatu, orang jompo dan berbagai lapisan lainnya.
“Kita berharap tradisi seperti ini hendaknya bisa terus dilestarikan. Sehingga rasa saling membantu dengan ikhlas, terus tumbuh di tengah masyarakat kita,” tutupnya. (min)