Oleh: Sam Salam*
Pertumbuhan ekonomi itu sebagian besar dipengaruhi oleh investasi yang ditanam di suatu kawasan atau daerah.
Provinsi Riau, pertumbuhan ekonominya jauh lebih baik daripada Sumatera Barat dalam waktu 25 tahun belakangan ini. Salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesarnya adalah “minyak bumi”.
Ekonominya tumbuh bergerak dengan “core-business” Investasi Sumber Daya Alam Minyak-Bumi, yang cukup besar dari provinsi tetangganya. Begitu juga Provinsi Sumatera Selatan.
Memang pengaruh kebun sawitnya cukup besar di kedua provinsi tersebut diatas untuk menopang PE-nya ( Pertumbuhan Ekonomi).
Sumatera Barat memang punya kebun sawit yang relatif besar juga, namun hanya bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi disebahagian daerah saja di Sumatera Barat.
Diyakini bahwa Sumatera Barat dengan memiliki beberapa danau yang cukup luas, akan mampu menjadi RAJA sumber enerji keterbarukan listrik bertenaga surya (solar cell) di Indonesia. “Mereka punya minyak, kita punya danau”.
Pemanfaatan danau-danau di Sumatera Barat sebagai lokasi sumber enerji listrik terbesar di Indonesia, jelas akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat Sumatera Barat.
Danau Singkarak adalah alternatif terbaik dibandingkan provinsi lain dan tentu akan diikuti pada lokasi danau-danau lainnya di Provinsi ini.
Disisi lain Sumatera Barat adalah penyumbang energi listrik terbanyak di pulau Sumatera dengan infra-struktur jaringan yang sudah terpasang untuk interkoneksi dengan provinsi lain. Pilihan Sumatera Barat untuk mengganti Sumber Enerji yang memakai batubara atau minyak dengan Solar Cell (Tenaga Surya) dengan infrastruktur instalasi yang sudah terpasang akan menjadi pilihan sebagai RAJA Enerji Tenaga Suria di Republik ini.
“Mereka punya minyak, kami punya danau”.
Investasi infra-struture PLTS membutuhkan tempat yang datar (flat); indonesia tidak punya gurun (flat) seperti di negara lain untuk membangun infra-struktur Solar Cell (tenaga surya). Sumatera Barat punya beberapa danau yang sanggup melayani investasi.
Pemerintah dibawah kepemimpinan Prabowo Subianto menuju investasi energi keterbarukan, agar Republik ini bebas dari “ancaman” NZE (Net Zero Emmision) pada tahun 2050 yang disepakati oleh 190-an negara di dunia, agar bumi ini bebas emisi; suhu udara agar tidak mencapai rata-rata 40 derjat di Republik ini. Pemakaian batubara, minyak dan yang berkaitan dengan fosil dilarang sebagai penggerak.
Enerji Solar Cell diakui dunia sebagai salah satu sumber enerji hijau (green energy); Sumber energi yang ramah lingkungan tidak terbatas dan tidak berdampak buruk terhadap eko-sistem. Pengakuan dunia yang dirancang oleh para ahli, tak perlu diperdebatkan lagi. Memang masih perlu disosialisasikan kepada masyarakat, baik buruknya investasi ini, walau jelas akan ada pro dan kontra sebelum diberikan pemahaman yang transparan dan akuntabel kepada masyarakat. Pro dan Kontra akan menjadi hal “biasa”; mana ada “tarompa” kanan kedua-duanya.
“Polemik” keberatan masyarakat lokal atas berdirinya PLTS Singkarak, perlu diluruskan melalui sosialisasi yang terbuka dan dapat meyakinkan untuk kebaikan “future” (masa depan) Sumatera Barat.
Mungkinkah Sumatera Barat menjadi RAJA Green Energy di Republik ini. Logically, – “Yes” dan sangat memungkinkan.
Kita harus bersyukur; mereka punya minyak kita punya danau.
*Sam Salam
Masyarakat Kelistrikan Indonesia (MKI) Sumbar.