Oleh: Novita sari yahya
Memanfaatkan Momentum Diplomasi untuk Alih Teknologi Satelit, SAR, dan Pemodelan Lingkungan
Indonesia berada pada fase ketika tantangan lingkungan kian kompleks dan datang dengan ritme yang lebih cepat. Banjir besar, tanah longsor, kebakaran hutan, abrasi, hingga cuaca ekstrem menjadi fenomena yang semakin akrab di berbagai daerah. Situasi ini menuntut pemerintah tidak hanya merespons bencana ketika terjadi, tetapi juga memperkuat kapasitas prediksi dan mitigasi berbasis teknologi. Dalam konteks tersebut, kerja sama internasional, termasuk dengan Rusia, membuka peluang strategis untuk memperkuat kemampuan nasional dalam menghadapi bencana dan kerusakan lingkungan.
Pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, menjadi contoh relevan bagaimana diplomasi dapat menjadi pintu masuk kolaborasi di luar ranah pertahanan. Dalam laporan media, Prabowo menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia telah menangani dampak banjir dengan baik. Pernyataan tersebut memang merupakan bagian dari pembaruan situasi, tetapi dapat pula dibaca sebagai cara memperkuat dialog bilateral, terutama di sektor teknologi kebencanaan yang menjadi kebutuhan penting bagi Indonesia.
1. Diplomasi Prabowo dan Peluang Penguatan Teknologi
Dalam diplomasi tingkat tinggi, setiap pernyataan membawa makna lebih dari sekadar jawaban protokoler. Ketika Prabowo menjelaskan situasi banjir kepada Putin, ia tidak hanya menyampaikan kondisi Indonesia, tetapi juga membuka ruang untuk membahas berbagai inisiatif non-militer yang dapat dikembangkan bersama. Selama ini, hubungan Indonesia–Rusia lebih sering disorot dari sisi pertahanan, terutama pembelian alutsista. Padahal, potensi kerja sama teknologi sipil, terutama teknologi pengamatan Bumi, sistem pemetaan lingkungan, dan dukungan SAR, sangatlah besar.
Indonesia membutuhkan sistem pemantauan lingkungan yang mampu berfungsi dalam kondisi cuaca apa pun, terutama ketika wilayah tertutup awan pada musim hujan. Rusia merupakan salah satu negara yang memiliki teknologi satelit dan pemodelan lingkungan yang cukup maju. Jika peluang diplomasi ini dikelola dengan tepat, Indonesia dapat memperoleh manfaat dari alih teknologi maupun pelatihan teknis, sehingga kemampuan nasional dalam memprediksi bencana menjadi lebih kuat.
2. Teknologi Rusia dalam Pemantauan Lingkungan
Rusia telah mengembangkan berbagai ragam teknologi lingkungan, mulai dari satelit pengamatan Bumi hingga pemodelan matematis berskala besar. Namun, sesuai catatan verifikasi, tidak semua teknologi tersebut telah atau sedang dijajaki secara resmi dalam kerja sama Indonesia–Rusia. Tulisan ini tetap memaparkan potensi teknologi Rusia, tetapi dengan pembatasan yang lebih akurat sesuai sumber.
a. Satelit Pengamatan Bumi
Rusia memiliki sejumlah satelit pengamatan Bumi, termasuk yang berkemampuan radar. Keberadaan teknologi seperti ini penting bagi negara tropis seperti Indonesia. Meski belum ada laporan resmi yang menyebutkan bahwa satelit tertentu—misalnya Kanopus-V atau Resurs-P—ditawarkan langsung kepada Indonesia dalam konteks mitigasi bencana, kapasitas tersebut secara umum dapat menjadi rujukan dalam diskusi teknis.
b. Sistem Informasi Geografis dan Pemodelan Lingkungan
Ilmuwan Rusia telah lama mengembangkan pemodelan lingkungan untuk wilayah berskala luas seperti Arktik. Mereka menggabungkan data meteorologi, data satelit, dan data lapangan untuk menyusun prediksi perubahan wilayah. Meski tidak ada laporan kerja sama langsung antara Indonesia dan Rusia dalam bidang ini, model tersebut dapat dijadikan sebagai referensi untuk memahami bagaimana negara besar mengelola data lingkungan yang kompleks.
c. Teknologi Drone
Penggunaan drone untuk pemantauan lingkungan memang berkembang di Rusia, terutama dalam sektor industri dan penelitian geologi. Namun, belum ada sumber tepercaya yang menyebutkan kerja sama terkait penggunaan drone untuk pemantauan vulkanik atau cuaca dengan Indonesia. Oleh karena itu bagian ini lebih ditempatkan sebagai potensi, bukan fakta kerja sama.
d. Pemantauan Tumpahan Minyak
Kasus tumpahan minyak Norilsk pada 2020 memang mendorong Rusia menggunakan data satelit untuk menilai luas kerusakan dan memantau proses pemulihan. Pendekatan ini relevan sebagai contoh bagaimana teknologi satelit membantu pemantauan lingkungan dalam skala besar. Indonesia dapat mempelajari metode tersebut, mengingat insiden serupa berpotensi terjadi di wilayah pesisir Indonesia.
3. Sistem Monitoring Tanpa Sensor dari Ilmuwan Rusia
Berita media menyebutkan bahwa ilmuwan Rusia mengembangkan teknologi pemantauan bawah tanah tanpa sensor fisik, khususnya untuk industri minyak. Sistem ini dapat membaca kinerja pompa tanpa menggunakan sensor yang rentan rusak.
Meskipun tidak dibuat untuk pemantauan longsor atau kestabilan tanah, teknologi seperti ini dapat menjadi inspirasi. Indonesia yang memiliki banyak infrastruktur energi di wilayah rawan bencana dapat mempelajari pendekatan baru yang meminimalkan penggunaan sensor fisik. Pemanfaatan teknologi non-invasif semacam ini dapat membantu memantau kondisi pipa atau struktur bawah tanah tanpa membutuhkan instalasi sensor dalam jumlah besar.
4. Proyek Ekologi Rusia sebagai Contoh Model Nasional
National Project “Ecology” yang diluncurkan Rusia pada 2018 merupakan program komprehensif yang mencakup pengurangan polusi udara, pengelolaan limbah, rehabilitasi sumber air, dan perlindungan biodiversitas. Program tersebut memberi gambaran bagaimana sebuah negara membangun sistem pemantauan dan pemulihan lingkungan pada skala nasional.
Bagi Indonesia, program ini dapat menjadi referensi dalam merancang integrasi data lingkungan lintas sektor. Walaupun proyek tersebut bukan bentuk kerja sama langsung dengan Indonesia, pendekatan dan mekanismenya dapat menjadi bahan pembelajaran, terutama dalam hal penataan regulasi dan integrasi pemerintah–industri–masyarakat.
5. Penguatan Kemampuan SAR melalui Kerja Sama Internasional
Rusia memiliki pengalaman dalam operasi SAR di kondisi ekstrem. Salah satu yang tercatat adalah pengiriman 100 personel SAR dan peralatan khusus ke Turki dan Suriah pada 2023 setelah gempa besar. Namun, hingga kini belum ada program resmi yang menyebutkan kerja sama pelatihan SAR skala besar antara Rusia dan Indonesia.
Meski begitu, kemampuan SAR Rusia dapat menjadi sumber pembelajaran teknis bagi Basarnas. Keahlian dalam operasi di bangunan runtuh, medan dingin, atau area berbahaya dapat memperkaya wawasan operasional tim SAR Indonesia, terutama dalam menghadapi bencana gempa atau tanah longsor.
6. Tantangan dan Peluang Implementasi Alih Teknologi
Alih teknologi tidak hanya bergantung pada kemampuan negara mitra, tetapi juga kesiapan internal Indonesia. Beberapa tantangan yang umum muncul antara lain:
1. Kesiapan SDM teknis, terutama dalam bidang satelit, GIS, dan pemodelan lingkungan.
2. Koordinasi antar lembaga, karena data kebencanaan melibatkan banyak kementerian.
3. Sumber pendanaan dan keberlanjutan program, yang sering kali terhambat ketika berganti kepemimpinan lembaga.
Langkah-langkah seperti membentuk kelompok kerja bilateral, menyusun roadmap teknologi, hingga mengintegrasikan data satelit ke sistem nasional merupakan usulan strategis yang berfungsi sebagai rekomendasi, bukan fakta implementasi yang sudah berjalan.
7. Kesimpulan
Pernyataan Prabowo kepada Putin mengenai penanganan banjir tidak hanya menjadi bagian dari diplomasi, tetapi juga membuka ruang untuk memperluas diskusi kerja sama teknologi. Rusia memiliki sejumlah pengalaman dan teknologi yang dapat menjadi bahan pembelajaran bagi Indonesia. Namun, sebagian besar contoh teknologi masih bersifat potensi, bukan kerja sama formal yang telah disepakati kedua negara.
Meskipun demikian, membangun kerja sama berbasis teknologi tetap menjadi langkah penting bagi Indonesia dalam memperkuat ketahanan lingkungan dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Dengan pendekatan diplomasi yang tepat dan perencanaan terstruktur, peluang kolaborasi Indonesia–Rusia dapat menjadi salah satu strategi penting untuk meningkatkan kemampuan mitigasi bencana nasional.
Daftar Pustaka
1. Antara News. (2020). Prabowo sampaikan ke Putin bencana banjir ditangani secara baik.
https://www.antaranews.com/berita/5297863/prabowo-sampaikan-ke-putin-bencana-banjir-ditangani-secara-baik
2. Antara News. (2019). Rostec Rusia sedia bantu Indonesia teknologi penanggulangan bencana.
https://www.antaranews.com/berita/747720/rostec-rusia-sedia-bantu-indonesia-teknologi-penanggulangan-bencana
3. Pontianak News. (2024). Ilmuwan Rusia mengembangkan sistem pemantauan tanpa sensor untuk produksi minyak.
https://www.pontianaknews.com/daerah/524044692/ilmuwan-rusia-mengembangkan-sistem-pemantauan-tanpa-sensor-untuk-produksi-minyak
4. Climate Scorecard. (2018). Russia Introduces Project Ecology.
5. Airspace Review. (2023). 100 personel tim SAR Rusia dan peralatan bantuan tiba di Turkiye dan Suriah.














