Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMAPERISTIWATERBARU

PELINDO PADANG INTIMIDASI STEAK HOLDER

142
×

PELINDO PADANG INTIMIDASI STEAK HOLDER

Sebarkan artikel ini

PAINAN RELASI PUBLIK –  Ratusan pekerja pelabuhan Teluk Bayur Padang melakukan aksi dian tidak melakukan kegiatan sama sekali.

Ratusan pekerja tersebut dari asosiasi APBMI, INSA,ALFI dan Kopanbapel karena merasa diintimidasi pengelola pelabuhan Teluk Bayur yakni Pelindo.

Intimidasi tersebut berdasarkan PM 152/thn 2016, dimana Pelindo bisa melakukan pekerjaan yang sama dengan steak holder, sehingga hampir semua pekerjaan diambil alih Pelindo.

Ketika berbagai organisasi yang mengelola pekerjaan dilokasi tersebut melakukan negosiasi kepada pengelola pelabuhan, tidak juga ditemukan jalab keluar dan pihak Pelindo tetap pada pendiriannya.

Ketua APBMI Sumatera Barat II Apriyatna,SE, mengatakan merka merasa diintimidasi oleh Pelindo, sehingga kegiatan dikuasai sepenuhnya pihak Pelindo.

“Pelindo Padang tetap bertahan pada pendiriannya, dengan mengacu pada PM 152 tahun 2016, artinya semua kerja kita bisa mereka lakukan dan pihak asosiasi tidak bisa berkutik,” ungkap Apriyatna.

Pernyataan ketua APBMI dikuatkan ketua ALFI, HM Tauhid, dimana pihak Pelindo sudah mengangkangi MoU antara Pelindo dengab asosiasi.

“Pelindo tanpa sepengetahuan asosiasi melakukan MoU dengan PT. Semen Padang, intinya jika dikerjakan pihak lain maka wajib membayar pada Pelindo dlam bentuk suvervisi fee, sementara kalau ke Pelindo tidak perlu membayar suvervisi fee, ini yang merupakan intimidaai,” ungkap Tauhid.

Ditambahkannya, Pelindo merupakan operator bukan sebagai pekerja PBM, bahkan GM Teluk Bayur berani mengancam buruh agar melakuka kegiatan, bahkan GM akan mendatangkan buruh dari luar pelabuhan.

“Jika intimidasi dilakukan seperti ini, sama halnya dengan membunuh pekerja dan pengusaha,” tambah Tauhid.

Aksi diam tersebut akan dilanjutkan dengan negosiasi yang terbaik, dengan ketentuan tidak mematikan usaha yang ada.

Sementara itu, aksi diam asosiasi ternyata tidak dianggap enteng pihak pelabuhan, karena sejak pagi (8/10) sudah disiagakan pengamanan bersenjata lengkap.

“Aneh, masa aksi diam saja harus dijaga denga laras panjang,” tegas Tauhid yang didampingi ketua asosiasi lainnya.(nov)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *