Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMATERBARU

Masyarakat Dukung Keberadaan Banang Cafe

321
×

Masyarakat Dukung Keberadaan Banang Cafe

Sebarkan artikel ini

PADANG RELASIPUBLIK – Kebanyakan cafe identik dengan muda – mudi dan remang – remang. Namun lain hal nya dengan Banang Cafe sebuah unit usaha Koperasi Rumah Juang Sejahtera yang digagas oleh Osman Ayub putra asli Nanggalo sebagai penasehat.

“Nama Banang Cafe diambil dari kepanjangan Batang Aia Nanggalo, sebab letaknya dipelataran Batang Aia Nanggalo tepatnya di RT 02 RW 05 Kelurahan Kampung Olo”, kata Osman Ayub ketika bersilaturahmi dengan AWII Sumbar besutan Firman Wanipin, pada Senen (6/7).

Osman mengungkap bahwa dulunya lokasi ini merupakan semak belukar, tempat maksiat dan transaksi narkoba karena lahannya tidak produktif dan sangat gelap jika dimalam hari. Bahkan pernah ditemukan janin bayi.

Osman menyebut, “semenjak lima bulan belakangan dengan dibukanya Banang Cafe ini alhamdulilah maksiat dan transaksi narkoba dengan sendirinya terberantas. Dulu ketika dibersihkan banyak ditemukan kondom bekas”, sebut Ketua Komisi III Kota Padang itu.

Tujuan dibukanya Banang Cafe ini selain untuk memberantas maksiat dan peredaran narkoba, juga untuk memberdayakan masyarakat setempat untuk meningkatkan perekonomian keluarga.

“Sebanyak 16 orang pekerja yang merupakan anggota koperasi dan masyarakat sekitar kita berdayakan sesuai dengan bidang masing – masing”, tambah Osman Ayub Ketua Anak Nagari Nanggalo itu.

Toni Hardi Ketua RT02 RW05 Kelurahan Kampung Olo Kecamatan Nanggalo sangat mendukung dan merasa bersyukur atas keberadaan cafe ini.

“Kita bersama masyarakat sangat mendukung keberadaan cafe ini, sebab banyak manfaatnya. Dimana dulunya sebagai tempat maksiat dan transaksi narkoba, Alhamdulillah sejak didirikannya Banang Cafe ini sekarang sudah tidak ada lagi”, ujar Toni.

Ketua Koperasi Rumah Juang Sejahtera Fernandes menambahkan, “kita memilih tempat ini karena akan menjadikan sebagai alternatif destinasi objek wisata kuliner keluarga”, tambahnya.

Tempat yang dulunya terkesan menyeramkan, sekarang sudah disulap menjadi objek wisata kuliner keluarga. Berbagai macam menu disajikan dengan harga yang terjangkau. Ada fasilitas mushala yang bersih untuk tempat beribadah.

“Kedepan kita akan manfaatkan aliran sungai ini sebagai ajang rekreasi, namun tentunya kita tetap akan berkoordinasi dengan tokoh pemuda, masyarakat dan pemangku kebijakan”, tukuk Fernandes.**

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *