Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMATERBARU

KETUA FRAKSI GERINDRA MINTA MAAF

125
×

KETUA FRAKSI GERINDRA MINTA MAAF

Sebarkan artikel ini

PADANG, RELASIPUBLIK — Terkait demo mahasiswa se Sumbar pada Rabu (25/9) lalu, Anggota DPRD Sumbar, Hidayat menyampaikan permintaan maaf sehubungan videonyo yang viral saat menerima pewakilan mahasiswa yang berunjuk rasa ke gedung DPRD Sumbar.

Permintaan maaf ini ditujukan Hidayat pada Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, Presiden RI Joko Widodo dan seluruh masyarakat Indonesia.

Hidayat yang juga Ketua Fraksi Gerindra DPRD Sumbar ini menegaskan, sama sekali tidak ada niat ingin memprovokasi dari dirinya saat kejadian berlangsung.

“Saya tegaskan, ucapan itu tanpa maksud provokasi. Kronologisnya panjang, tidak sepotong seperti (di video) itu,” terang Hidayat saat menggelar konferensi pers di lobi gedung DPRD Sumbar, Sabtu (28/9)

Ia memaparkan, ucapan turunkan Presiden Jokowi secara spontan terlontar dari dirinya semata untuk mengungkap apa lagi yang menjadi tuntutan massa pendemo. Sebab, sebelum terjadi dialog, aspirasi massa pendemo sudah diterima. Malah sudah dikirimkan ke Presiden RI dan DPR RI melalui jasa Pos Indonesia, tapi massa masih bertahan.

“Saat itu saya dan beberapa orang anggota yang lain tetap meladeni mahasiswa yang meminta berdialog, dengan syarat, massa yang berada di luar tidak melakukan tindakan anarkis. Disepakati sebanyak 50 orang perwakilan masuk ke ruang rapat khusus I namun yang masuk ternyata lebih banyak,” ujarnya.

Hidayat menambahkan, awalnya, ia berharap dialog akan berlangsung baik dan massa yang merupakan mahasiswa ini dapat menyampaikan tuntutan dengan mengedepankan sikap intelektual. Namun baru berjalan sekitar 15 menit dialog berlangsung “deadlock. Ia yang menerima mahasiswa bersama beberapa anggota DPRD lainnya kemudian menanyakan apa lagi yang menjadi tuntutan, tapi tidak mendapat jawaban.

“Sementara di luar, massa pendemo sudah memasuki gedung DPRD. Dialog yang diharapkan tidak terjadi, sedangkan lontaran ucapan-ucapan yang tidak baik mulai terdengar semakin keras,” katanya.

Ia juga mengatakan, telah berusaha menjelaskan pada mahasiswa yang ada dalam ruangan bahwa tugas pembentukan Undang-Undang ada di tangan DPR dan pemerintah pusat. Karenanya hari itu juga aspirasi mahasiswa terkait beberapa RUU yang menjadi materi aksi unjuk rasa sudah dikirim melalui pos.

Hidayat mencoba beberapa kali menanyakan apa lagi keinginan atau aspirasi mahasiswa. Namun, yang didapat adalah hujatan dan makian, mengatakan anggota dewan makan gaji buta, dan sebagainya. Mengaku kebingungan dan merasa dalam kondisi tekanan, saat itulah terlontar dari dirinya kalimat “Turunkan Presiden Jokowi? Berani ga?”. Video yang berisi pernyataan Hidayat seperti inilah yang kemudian viral di dunia media sosial.

“Dalam situasi tersebut, saya spontan mengucapkan kalimat tersebut dengan tujuan untuk mengungkap apa lagi tuntutan sebenarnya dari mahasiswa,” ucapnya.

Terkait ini, dalam video yang viral Hidayat berucap:

“Berdiri bersama-sama adik-adik, kami siap! Tandatangani, kami siap! Termasuk juga menerima adik-adik, kami siap! Kami kan bukan pembuat undang – undang, bukan kerja kami, itu kerja DPR. Kalau boleh saya tantang kalian, buat rekomendasi turunkan Presiden Jokowi, berani nggak?,”

Ucapan di kalimat terakhir itu langsung disambut oleh beberapa orang mahasiswa. Namun seorang lainnya segera mengingatkan bahwa mereka tidak ada agenda demo menuntut turunkan Jokowi dan mengingatkan Hidayat. Selanjutnya, Hidayat meneruskan keterangannya:

“Tentu, dalam pertemuan ini ada poin-poin yang kita sepakati. Kami siap menerima tuntutan adik-adik mahasiswa. Undang – undang RUU KUHP, hari ini kan sudah sampai ke presiden, apa namanya, ditunda. KPK nya sedang diparipurna di DPR RI, tinggal menunggu persetujuan presiden. Kita desak RUU KPK ini tidak diundangkan,”.

Hidayat mengaku tidak menyangka, potongan video saat dirinya menerima mahasiswa yang berunjuk rasa ke DPRD tingkat I ini beredar viral dan menjadi kontroversi. Ia menyatakan bertanggung jawab, dan kembali menegaskan tidak dalam tujuan memprovokasi. (relis/Dewi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *