KALTIM, RELASIPUBLIK – Pelajaran bahasa Inggris kadang terasa sulit bagi siswa. Namun banyak guru kreatif membuatnya asyik dan menyenangkan. Ini seperti yang dilakukan oleh ibu Irma Sabriati, guru Bahasa Inggris SMP 1 Balikpapan. Ia membuat siswa serasa mengamati para superhero dan kemampuan-kemampuannya.
Cara Ini dilakukan saat ia membahas tentang modalitas can dan cannot yang menyatakan kemampuan dan ketidakmampuan. Pelajaran untuk kelas 2.
Lalu bagaimana cara ia menghubungkan can dan cannot dengan para superhero. Pertama yang dilakukan ibu Irma menyuruh para siswa mencari referensi dahulu di google, rumus-rumusnya maupun kegunaannya. “Para siswa sekarang tidak hanya saya suruh mencari di buku paket saja, tapi sumber dari mana saja. Ini dalam rangka gerakan literasi. Tugas saya juga memfasilitasi mereka untuk mengetahui, bukan terus menerus memberitahu kepada mereka. Mereka harus aktif,” ujar Irma, 27 September 2019
Para siswa tersebut secara berkelompok mencari berbagai referensi. Setelah menemukan, mereka diminta saling mendiskusikan dan mempresentasikan apa yang didapatkannya di depan kelompoknya sendiri. Mereka didorong bercakap dengan bahasa Inggris ketika melakukan itu. “Siswa suka dengan model begini, mereka diberi kesempatan untuk mendiskusikan penemuan referensinya dengan bahasa Inggris. Mereka belajar speaking diantara teman-temannya,” ujarnya.
Setelah mencari referensi selesai, mereka membuat contoh-contoh dari modalitas can tersebut dengan bahasa mereka sendiri, minimal 5. Nah disinilah ibu Irma meminta para siswa, membuat contoh-contoh dengan tema kemampuan dan ketidakmampuan para Superhero. “Dengan cara ini, ternyata mereka sangat bersemangat. Anak-anak milenial kan gandrung dengan game dan film superhero. Dengan menghubungkan dengan cerita yang mereka sukai, memantik diskusi yang menarik,”ujarnya
Baik tugas mencari formula, kegunaan dan contoh-contoh kata can tersebut dikerjakan di kertas plano besar secara berkelompok. Mereka juga diharuskan menggambar atau menempel foto super hero yang dipilih. “Contoh-contoh kalimat tersebut saya arahkan yang bentuhknya positif, tapi saya tak membatasi kalau mereka mau membuat kalimat negatif atau interogatif,” ujar Irma.
Setelah selesai, masing-masing kelompok presentasi di depan kelas. “Saat presentasi, untuk kalimat interogatifnya, saya memberi pertanyaan langsung dari contoh kalimat positif yang mereka buat. Misalnya, ketika mereka memberi contoh superman can fly, maka saya bertanya pada mereka: can superman fly? Pertanyaan ini sekaligus memberi contoh pada mereka bagaimana membentuk kalimat interogatif dari kalimat afirmatif atau positif,” ujar Irma lebih lanjut menerangkan metode mengajarnya.
“Mereka juga kadang memberikan contoh kalimat-kalimat negatif dari kalimat positif yang mereka buat. Misalnya, batman can jump from tower to tower, kalimat negatifnya yang mereka buat: batman cannot jump from tower to tower,” ujar Irma.
Setelah presentasi, Irma memerintahkan para siswa melakukan knowledge shopping. Kertas plano hasil karya kelompok ditempel di dinding-dinding kelas, dan dalam urutan searah jarum jam, kelompok siswa berputar melihat hasil karya kelompok lain. “Pada knowledge shopping ini, para siswa mempelajari masing-masing contoh yang dibuat kelompok lain, membandingkan dengan punya mereka sendiri, mengoreksi jika salah, dan memberi masukan.” Ujar Irma
“Namun saya juga memberi tugas mereka untuk mencatat kata-kata baru yang didapat pada kertas plano pekerjaan kelompok lainnya. Ternyata dengan menggunakan contoh superhero, banyak kosa kata baru muncul yang dicatat para siswa, misalnya: resist, martial arts, hibernate, camouflage, stronghold dan lain-lain. Saya biasa meminta mereka menghapal kosa kata baru yang telah mereka dapatkan, atau memberi tugas berdasarkan kalimat yang mereka dapatkan,” ujar Irma menjelaskan caranya lebih lanjut.
Setelah itu, menurut Irma, sangat penting untuk menguatkan pengetahuan siswa dengan meminta siswa menyimpulkan pelajaran hari itu. Dia lebih jauh memberikan contoh dan penguatan lainnya.
“Namun yang juga penting, selain tugas kelompok, memberikan tugas Individu pada siswa. Ini untuk mengevaluasi apakah pemahaman siswa itu merata. Untuk tugas Individu saya biasa minta mereka mengerjakan soal-soal di buku paket,” ujarnya.
Semua siswa menyatakan bahwa model pembelajaran seperti ini menyenangkan. Namun banyak yang senang dengan model belajar kelompok demikian. “Saya senang belajar dengan model kelompok, karena saya bisa melatih conversation saya,” ujar Gaodie, salah seorang siswa.
Menurut Irma, belajar kelompok memang penting, selain untuk melatih conversation, akan mampu meningkatkan kecakapan sosial siswa. “Mereka makhluk sosial, jadi perlu dilatih memiliki kecakapan sosial semenjak dini,” ujarnya. **