Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMATERBARU

Antara ICBS, Kampung Ke-Eropaan, Dan Surat yang Tidak Ditanggapi

321
×

Antara ICBS, Kampung Ke-Eropaan, Dan Surat yang Tidak Ditanggapi

Sebarkan artikel ini

RELASIPUBLIK, LIMAPULUH KOTA —Aduensi masyarakat Lubuak Limpato dengan Bupati, OPD terkait, DPRD, dan Kapolres Limapuluh Kota berkaitan dengan polemik ICBS dan kampung ke Eropa-Eropaan itu digelar di mesjid Al-Muttaqim Lubuak Simato (16/1)

Semua pihak yang di undang, menghadiri aduensi tersebut, Terkecuali pihak ICBS. Sayang seribu kali disayangkan, pihak yang menjadi pokok permasalahan tidak mendatangi audensi tersebut. Ini disampaikan Dt. Sinaro Panjang selaku niniak mamak di Jorong Lubuak Limpato.

“Seperti yang sudah-sudah, setiap kami mengundang pihak ICBS untuk berdiskusi terbuka dengan seluruh masyarakat, pihak ICBS tak pernah datang, bahkan sayangat disayangkan, pihak ICBS yang bangunannya tak berizin itu terkesan melecehkan niniak mamak dan tidak menghargai niniak mamak, seperti ICBS tak butuh niniak mamak saja.” Dengan lantang Dt. Sinaro Panjang mengatakan.

Terkait dengan pemberitaan sebelumnya, pernyataan anggota DPRD kabupaten Limapuluh Kota tentang sekolah ICBS, Marsa Nova Andesra mengklarifikasi, terkait dengan pernyataannya. Karena mendapat banyak hujatan, hinaan, dan makian. Karna di anggap mengganggu sekolah yang menghasilkan penghafal AlQuran itu.

“Saya tidak pernah mempermasalahkan proses pendidikan ICBS, dari segi pendidikannya, saya mendukung penuh, karena ICBS bisa menghasilkan penghafal AlQuran. Namun demikian, yang jadi permasalahannya adalah bangunan ICBS yang tidak memiliki izin.” kata wakil rakyat itu menjelaskan.

Tokoh masyarakat lain, Ani (61) seorang nenek yang bertempat tinggal persis dibelakang bangunan ICBS menyampaikan keluhanya.

“Saya tinggal di belakang ICBS, dahulu dalam pembangunan Sekolah ICBS itu, saya pernah memohon, agar jalan kerumah saya ditinggalkan, walaupun itu 1 meter, akan tetapi dihiraukan pihak ICBS.” kata nenek Ani.

Ironis bukan, bahkan hanya untuk memberikan jalan untuk seorang nenek, pihak ICBS enggan.

Diluar mesjid, sembari tim media pergi untuk merokok, sekelompok pemuda juga mengeluhkan masalah karcis. Karena setiap mobil wali murid ICBS yang datang ke objek wisata Lembah Harau nan elok itu, masuk dengan gratis. Dengan alasan mereka membayar perbulanya ke oknum THL.

“Setiap itu tamu murid ataupun wali murid ICBS, mereka tidak membayar masuk. Dengan isu yang mereka (tamu) katakan, mereka membayar perbulanya 3 juta rupiah ke oknum THL.” tegas mereka menjelaskan.

Kemudian, siapa yang tidak tau dengan kampung Eropa di Harau, objek wisata yang sangat di minati masyarakat luar maupun dalam negri. Akan tetapi, masyarakat sekarang ini hanya bisa menjadi penonton dan sepeti tukang sampah saja. Itu dikatakan Adi masyarakat yang sangat menyayangkan kampung eropa

“Kami seharusnya masyarakat bisa juga merasakan enak, karena banyak orang telah berkunjung ke daerah kami, tak bisa juga kami pungkiri, memang sudah banyak ekonomi kami terbantu dengan objek wisata ini. Akan tetapi, pengunjung yang datang, seperti tidak peduli dengan lingkungan kami, membuang sampah sembarang contohnya, kami hanya seperti tukang sampah yang setiap harinya, membersihkan sampah milik mereka. Bahkan beberapa waktu yang lalu kami diterpa musibah banjir. Padahal puluhan tahun lalu sejak Harau masih Alami, kami tidak pernah kena banjir.” tutup Adi mewakili masyarakat banyak. (FF)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *