Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example 728x250
BERITA UTAMADAERAHTERBARU

Gerakan Pemuda Hijau Sumatera Barat dalam Pemulihan Pasca Banjir Bandang 2026–2028

10
×

Gerakan Pemuda Hijau Sumatera Barat dalam Pemulihan Pasca Banjir Bandang 2026–2028

Sebarkan artikel ini
Novita sari yahya (Dok. Nsy)

Oleh: Novita sari yahya

Pendahuluan

Banjir bandang yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera Barat pada akhir tahun 2025 tidak hanya menyisakan kerusakan fisik, tetapi juga meninggalkan luka sosial, ekologis, dan psikologis yang mendalam. Rumah-rumah rusak, lahan pertanian tertimbun material, sungai kehilangan fungsi alaminya, dan masyarakat kehilangan rasa aman terhadap ruang hidupnya sendiri. Bencana ini menegaskan satu kenyataan penting: pemulihan tidak dapat berhenti pada fase tanggap darurat, melainkan harus dilanjutkan dengan proses rehabilitasi dan mitigasi yang terencana serta berkelanjutan.

Dalam konteks inilah Gerakan Pemuda Hijau Sumbar mengambil peran strategis. Pemuda tidak hanya diposisikan sebagai relawan insidental, tetapi sebagai penggerak pemulihan jangka panjang yang berbasis nagari, kearifan lokal, dan prinsip keberlanjutan. Pengalaman bencana harus diubah menjadi pembelajaran kolektif untuk membangun ketahanan lingkungan dan sosial di masa depan.

Prinsip Dasar Gerakan Pemulihan

Gerakan Pemulihan Pasca Banjir Bandang Sumatera Barat dibangun di atas empat prinsip utama. Pertama, berbasis nagari, artinya seluruh kegiatan berangkat dari kebutuhan nyata masyarakat lokal dan melibatkan struktur sosial yang telah ada. Kedua, dipimpin oleh pemuda, dengan dukungan ninik mamak, tokoh adat, pemerintah, dan unsur masyarakat lainnya. Ketiga, berorientasi jangka panjang, tidak berhenti pada pemulihan sementara, tetapi diarahkan pada mitigasi permanen. Keempat, gotong royong dan kolaboratif, dengan menjunjung transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi publik.

Roadmap Pemulihan Pasca Banjir Bandang 2026–2028

Roadmap ini disusun dalam tiga fase utama yang saling berkelanjutan: pemulihan awal, rehabilitasi dan penguatan kapasitas, serta mitigasi berkelanjutan.

Fase I: Pemulihan Awal (0–6 Bulan)

Fase pertama difokuskan pada pemulihan fungsi dasar lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat. Pada tahap ini, Gerakan Pemuda Hijau Sumbar menginisiasi Gerakan Bersih Nagari dan Sungai. Pemuda bersama masyarakat melakukan pembersihan lumpur, kayu, dan sampah yang menutup rumah, sekolah, masjid, serta fasilitas umum. Sungai-sungai kecil dan saluran drainase dibersihkan secara gotong royong agar kembali berfungsi sebagai jalur aliran air.

Selain itu, dibentuk Dapur Umum dan Logistik Mandiri Pemuda di nagari terdampak. Dapur umum ini dikelola bersama kelompok perempuan dan relawan lokal dengan prinsip transparansi dan pendataan berbasis jorong. Tujuannya tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan, tetapi juga memulihkan rasa kebersamaan dan solidaritas sosial.

Pemulihan sosial dilakukan melalui kegiatan trauma healing berbasis komunitas, khususnya bagi anak-anak dan perempuan. Pemuda memfasilitasi ruang bermain, kelas belajar darurat, serta kegiatan seni dan olahraga sebagai sarana pemulihan psikososial.

Pada fase ini pula dilakukan pendataan dan pemetaan dampak bencana secara partisipatif. Data mengenai kerusakan, titik rawan, dan pola aliran banjir dihimpun sebagai dasar perencanaan rehabilitasi dan mitigasi selanjutnya.

Fase II: Rehabilitasi dan Penguatan Kapasitas (6–18 Bulan)

Setelah fungsi dasar masyarakat mulai pulih, fokus diarahkan pada rehabilitasi lingkungan dan peningkatan kapasitas kesiapsiagaan. Program utama pada fase ini adalah Green Recovery DAS dan Lereng. Pemuda menginisiasi penanaman pohon di daerah aliran sungai yang kritis serta rehabilitasi lereng rawan longsor dengan tanaman lokal berakar kuat. Persemaian bibit dikelola oleh kelompok pemuda dan kelompok tani sebagai bagian dari ekonomi pemulihan.

Pada fase ini dibentuk Relawan Pemuda Siaga Bencana Nagari. Relawan mendapatkan pelatihan dasar pencarian dan pertolongan (SAR), pertolongan pertama, serta manajemen evakuasi bekerja sama dengan BPBD dan instansi terkait. Jalur evakuasi dan titik kumpul warga ditetapkan melalui musyawarah nagari dan disosialisasikan secara luas.

Edukasi lingkungan dan tata ruang menjadi bagian penting dari rehabilitasi. Pemuda menyelenggarakan diskusi publik mengenai risiko bencana, tata ruang berkelanjutan, serta nilai-nilai adat Minangkabau yang menempatkan alam sebagai bagian dari kehidupan, sejalan dengan prinsip alam takambang jadi guru.

Di bidang ekonomi, dikembangkan bank sampah pemuda dan usaha lingkungan seperti kompos dan pembibitan. Program ini bertujuan membantu pemulihan ekonomi warga terdampak sekaligus mendorong ekonomi hijau berbasis komunitas.

Fase III: Mitigasi Berkelanjutan dan Ketahanan Nagari (18–36 Bulan)

Fase ketiga diarahkan pada pencegahan bencana jangka panjang dan pelembagaan gerakan. Sistem Siaga Bencana Nagari diperkuat melalui penyusunan standar operasional prosedur (SOP) tetap, pendirian posko siaga permanen, dan pengembangan sistem peringatan dini berbasis komunitas.

Gerakan Pemuda Hijau Sumbar juga mendorong advokasi kebijakan lingkungan. Rekomendasi perlindungan DAS, pengendalian alih fungsi lahan, dan penataan ruang aman bencana disusun berdasarkan data lapangan dan disampaikan kepada pemerintah daerah.

Kampanye lingkungan dilakukan secara massif melalui media lokal, media sosial, serta kegiatan budaya dan festival lingkungan. Praktik baik dari nagari-nagari tangguh didokumentasikan dan disebarluaskan sebagai inspirasi bagi wilayah lain.

Pada tahap ini, Gerakan Pemuda Hijau Sumbar diarahkan untuk terlembaga secara legal dan terintegrasi dengan program pembangunan daerah, sehingga keberlanjutan gerakan dapat terjamin.

Standar Operasional Prosedur (SOP) Relawan Pemuda Siaga Nagari

Relawan Pemuda Siaga Nagari merupakan unsur pelaksana utama dalam sistem kesiapsiagaan bencana berbasis komunitas. Relawan bekerja berdasarkan prinsip keselamatan, koordinasi, dan kemanusiaan.

Struktur relawan terdiri atas koordinator nagari, tim respon cepat, tim logistik, tim evakuasi, dan tim edukasi. Dalam kondisi darurat, relawan bertugas melakukan penilaian awal situasi, membantu evakuasi warga, memberikan pertolongan pertama, serta berkoordinasi dengan BPBD dan aparat setempat. Dalam kondisi normal, relawan menjalankan edukasi kebencanaan, simulasi evakuasi, dan patroli lingkungan.

Seluruh kegiatan relawan dilaksanakan dengan memperhatikan keselamatan diri, penggunaan alat pelindung dasar, serta mematuhi arahan komando yang jelas.

Manfaat dan Dampak Program

Gerakan Pemulihan Pasca Banjir Bandang memberikan manfaat multidimensi. Dari sisi lingkungan, program ini berkontribusi pada pemulihan DAS, pengurangan risiko banjir dan longsor, serta peningkatan kualitas ekosistem. Dari sisi sosial, gerakan ini memperkuat solidaritas, meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, dan membangun kepemimpinan pemuda. Dari sisi ekonomi, program ini membuka peluang usaha lingkungan dan mendukung ekonomi hijau berbasis nagari.

Penutup

Pemulihan pasca banjir bandang bukan sekadar upaya mengembalikan keadaan seperti semula, melainkan proses membangun masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan. Gerakan Pemuda Hijau Sumbar menempatkan pemuda sebagai aktor utama perubahan, yang bekerja bersama masyarakat, adat, dan pemerintah untuk menjaga alam dan kehidupan.

Melalui program 2026–2028 ini, diharapkan lahir nagari-nagari yang lebih tangguh, pemuda yang berdaya, serta Sumatera Barat yang mampu hidup berdampingan secara harmonis dengan alamnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *