PADANG, RELASI PUBLIK – Padang memilih Wali Kota dan wakil Wali kota tinggal 21 hari lagi.
Kini masih di masa kampanye, tapi serangan netizen makin menjadi-jadi kepada Fadly Amran yang hasil survei angka elektabilitas jauh di atas dua Cawako lain yaitu Iqbal dan Hendri Septa.
“Aneh-aneh saja narasi- narasi disebar terutama dari orang dari Cawako Padang lain, terutama dari buzzer Cawako Incumbent,”ujar tokoh milenial Padang Agung Adithia Lingga SH, M.kn, Rabu 6/11-2024.
Gilang yang aktif memantau media sosial seperti tiktok dan reel facebook menduga narasi itu menjatuhkan paslon Fadly Amran – Maigus Nasir.
Ada narasi Fadly Amran dianggap gagal di Padang PanJang, saat Fadly jadi Walikota periode 2018-2023.
“Saya pastikan narasi semua itu tidak kuat literasi, seperti jangan pilih kepala daerah gagal di daerah lain atau jangan pilih orang yang pernah berurusan dengan tindak pidana korupsi, money politics dan sebagainya dan sebagainya, hahay…,”ujar Agung.
Fadly Amran maju di Padang Panjang waktu 2018 itu tidak calon cupu-cupu. “Justru Bro Fadly itu suhu bro, tumbangkan Cawako incumbent begitu, saat jadi Wako Fadly gak terapkan politik balas dendam kepada ASN atau loyalis Cawako incumbent dikalahkannya.
“Prestasi selama 5 tahun memimpin Padang Panjang melimpah diakui oleh Capres Anies Baswedan saat ke Padang beberapa waktu lalu,”ujar Agung.
Tapi, kata Agung ya begitulah dinamika demokrasi saat ini, serangan-serangan terhadap Fadly Kali ini datang lagi dari seorang anak muda yang mengaku peminat hukum politik, tetapi membawa narasi layaknya tim sukses Paslon incumbent dan menyerang pribadi Fadly Amran dengan sebutan “tukang pidato”,” parah,”ujar Agung.
Sebagai anak muda, Agung malu membaca statemen peminat politik hukum ini, bukan saja serangannya bersifat personal tetapi juga dangkal literasi!
“Sebagai anak muda yang juga bertitel sarjana hukum seharusnya anak muda bernama Taufik Ikhsan, SH ini berfikir dulu sebelum menulis,”ujar Agung.
Padahal, kata Agung seorang yang punya kemampuan menulis harus menunjukan Kemampuan dialektika.
‘itu adalah ETALASE yang harus dimiliki seorang pemimpin, Pidato lahir dari konsep berpikir yang kemudian disalurkan melalui lisan sehingga masyarakat dan khalayak dapat menilai apa yang ada didalam pikiran pemimpinnya,”ujar Agung.
Apakah Taufik tidak melihat bagaimana presiden RI ke-8 Prabowo Subianto memukau dunia dengan pidatonya selama kurang Lebih satu jam tanpa TEKS!
Apa buzzer yang menyerang Fadly tukang pidato tidak paham bagaimana para founding fathers Indonesia Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Tan Malaka dan lain-lain adalah orang orang dengan kemampuan dialektika yang baik dan mempunyai konsep besar dalam peradaban bangsa?
“Memang susah jika mendukung incumbent tak punya prestasi, bagai menegakkan benang basah. Jangankan kekurangan dari pasangan calon lain, kelebihannya pun dipakai untuk menjadi bahan negatif campaign,”ujar Agung.
Dan untuk sobat Taufik, ingat suatu pepatah yang selalu disampaikan oleh senior senior di Padang, mangecek nan penting penting se, jan sampai yang penting mangecek,”. (Ril/Nv)