PAYAKUMBUH, RELASI PUBLIK – Wali Kota Payakumbuh era 90-an, Fahmi Rasyad, menyebut bakal calon Gubernur Sumatera Barat, Epyardi Asda, sebagai pemimpin yang menjanjikan. Pasalnya, sejak provinsi ini terbentuk, baru sekarang muncul kandidat gubernur yang berlatarbelakang seorang kapten.
“Saya telah menjadi pegawai di kantor gubernur sejak pergolakan daerah. Karenanya saya selalu tertarik mengikuti perkembangan kepemimpinan di Sumbar, mulai dari Gubernur Harun Zein, Azwar Anas, hingga sekarang,” kata Fahmi saat dialog tokoh masyarakat Payakumbuh dan Lima Puluh Kota di Rumah Gadang Rakewi, Koto Nan Ampek, Kamis (20/6/2024).
“Selama ini kita telah memiliki Gubernur yang berasal dari sipil, pamong, militer, politisi, hingga akademisi. Baru kali ini muncul seorang kapten kapal, seorang pelaut. Ini hal yang baru dan sangat menjanjikan sekali,” imbuhnya.
Fahmi mengatakan, seorang kapten kapal itu selalu mengetahui ke mana tujuannya berlabuh, serta bahaya-bahaya apa saja yang mesti diantisipasi selama berlayar. Kapten itu juga memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi dan selalu menjaga kapal agar tetap berjalan di jalurnya (on the right track).
“Itu sebabnya, saya meyakini Pak Epyardi ini sangat menjanjikan untuk menjadi pemimpin Sumbar. Pengalamannya bertahun-tahun sebagai seorang kapten, insting yang ia miliki, akan berguna untuk menjalankan dan mengembangkan daerah ini ke arah yang lebih baik,” paparnya.
Seperti dalam berlayar, kata Fahmi, memimpin sebuah daerah juga harus mengawasi setiap potensi mara bahaya. Terlebih, Sumbar kerap dirundung bencana, mulai dari gempa, potensi terjadinya tsunami, longsor, hingga banjir bandang.
“Karena itulah Sumbar ini butuh sosok pemimpin seperti Epyardi. Tidak hanya berpengalaman sebagai seorang kapten, tetapi ia juga memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam menjadi politisi dan birokrat,” terangnya.
Dalam acara dialog yang dihadiri sekitar 200-an tokoh masyarakat, ninik mamak, dan bundo kanduang tersebut, Epyardi memaparkan sejumlah capaian yang diraih selama ia memimpin Kabupaten Solok.
“Saat tahun pertama saya menjabat bupati di tahun 2020, Solok itu memperoleh nilai paling jelek sedunia dari Ombudsman. Peringkat kami hanya 19 dari 100 soal kepatuhan standar pelayanan publik,” kata Epyardi.
Lantas, Epyardi bersama Solok Superteam-nya bekerja keras memperbaiki hal tersebut. Hasilnya, pada 2023 kabupaten itu mendapat penghargaan prediket tertinggi dari Ombudsman.
“Insyaalllah, jika Allah menghendaki saya memimpin Sumbar nanti, semangat dan kerja keras itu akan saya lakukan juga di pemerintahan provinsi. Mudah-mudahan dengan begitu, daerah ini bisa lebih maju dan masyarakatnya bisa lebih sejahtera,” harapnya.