Relasipublik.com PAINAN – Bupati Pessel Hendrajoni, turun kelapangan dan meninjau langsung dampak abrasi pantai yang mengancam perumahan penduduk di Nagari Muaro Kandis Punggasan, Kecamatan Linggo Saribaganti sejak beberapa pekan lalu. Hingga kini, sedikitnya 40 unit rumah telah rusak akibat ganasnya hantaman abrasi pantai di daerah itu.
“Tadi, Wali Nagari sudah menceritakan dan memaparkan semua permasalahan yang terjadi pada masyarakat Nagari ini. Dan saya (Bupati), sudah menyaksikan secara langsung kondisi yang terjadi. Secepatnya akan kita tindak lanjuti,” sebut Bupati Hendrajoni seraya menghubungi OPD terkait untuk melakukan penanganan awal dilokasi. Senin (25/12).
Dalam tatap muka dengan masyarakat, Bupati mengatakan, Pemkab Pessel juga mendapat bantuan program pembangunan rumah swadaya dari Kementerian PUPR RI. Menurutnya, hal itu merupakan bentuk kepercayaan pemerintah Pusat kepada Pemkab Pessel dalam menjalankan program mereka.
Selain permasalahan abrasi pantai, Bupati juga mendengarkan keluhan masyarakat nelayan terkait maraknya keberadaan pukat harimau di wilayah perairan laut Kecamatan Linggo Saribaganti. Dalam waktu dekat, pihaknya berjanji akan menindaklanjuti keluhan masyarakat tersebut.
“Nanti kita akan turun bersama aparat terkait. Sebab, penggunaan pukat harimau oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, jelas berdampak kepada perekonomian masyarakat nelayan di wilayah ini. Hal ini harus menjadi perhatian kita bersama. Kesejahteraan masyarakat adalah visi kita bersama dan saya berkomitmen akan memperjuangkan hal itu demi masyarakat Pesisir Selatan untuk lebih baik,” tegasnya.
Setelah meninjau lokasi korban abrasi pantai di Nagari Muara Kandis Punggasan, Bupati Hendrajoni bersama Ketua TP-PKK Pessel Lisda Rawdha, menyerahkan secara simbolis bantuan bedah rumah sebanyak 2 unit. Masing-masing Kepala Keluarga (KK) yang ditimpa musibah mendapat bantuan senilai Rp 15 juta melalui program Dunsanak Mambantu Dunsanak (DMD).
“Program Dunsanak Mambantu Dunsanak khusus kita berikan kepada masyarakat yang kurang mampu atau bagi mereka yang sedang ditimpa musibah. Program ini adalah sebagai bentuk kepedulian kita kepada masyarakat Pessel yang rumahnya tidak layak huni (RTLH),” ungkap Lisda dilokasi.
Dijelaskannya, program DMD adalah sebuah pergerakan yang turut membantu Pemkab Pessel dalam meringankan beban masyarakat khususnya terhadap persoalan rumah tidak layak huni (RTLH). Menurutnya, program tersebut juga didukung pihak ketiga Dr. Emad Hamdan, selaku pimpinan Saleema Foundation, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berkantor pusat di Dallas Texas Amerika Serikat (USA).
“Permasalahan yang terjadi di Pesisir Selatan adalah tanggung jawab kita semua. Jadi, kita tetap berkomitmen untuk menyelesaikan hal ini hingga ketingkat bawah,” jelasnya.
Sebelumnya, Wali Nagari Muara Kandis Punggasan, Helkamsi mengatakan, dampak dari abrasi pantai tersebut, mengakibatkan lima unit rumah sudah hancur sejak beberapa bulan terakhir. Menurutnya, kondisi itu terus diperparah akibat cuaca ekstrem yang terjadi di daerah itu. Hingga saat ini, kata dia, luas lahan dan tanaman milik warga setempat terus saja tergerus air laut.
“Terkait kondisi cuaca ekstrem saat ini, kita menghimbau warga selalu waspada. Sebab, dampak dari abrasi ini, sudah melebar sampai ke rumah-rumah masyarakat yang ada di sekitar pintu muara,” sebutnya kepada Wartawan.
Dijelaskannya, dampak dari abrasi tersebut, sudah berlangsung sejak tahun 2013 lalu. Kondisi itu, lanjut dia, mengakibatkan puluhan rumah penduduk sekitar, sudah terdampak bahkan ada yang sudah hancur akibat ganasnya abrasi pantai.
“Kalau sekarang ada sekitar 40 rumah yang terdampak abrasi. Jika kondisi ini tidak ditangani secepatnya, maka kita khawatir masyarakat disini tidak punya tempat tinggal lagi,” ungkapnya.
Lebih lanjut kata dia, dengan kondisi yang terus menyesak, Pemerintah Nagari melalui tingkat Kecamatan sudah mengajukan proposal ke Pemkab Pessel untuk diteruskan ke BNPB pusat.
“Kita berharap semoga proposal itu cepat direspon oleh pemerintah pusat. Sehingga masyarakat mendapatkan solusi untuk menyelamatkan rumah mereka dari ancaman abrasi. Sebab, kalau kita menggunakan anggaran Nagari jelas tidak akan mencukupi,” katanya.
Ditambahkannya, penyebab utama terjadinya abrasi pantai di daerah itu adalah akibat adanya penyempitan pintu muara (keluar masuk air laut). Kondisi itu mengakibatkan tidak lancarnya air laut di pintu muara, sehingga merembes ke tebing-tebing pantai dan rumah warga.
“Sebelumnya, jarak rumah penduduk sekitar satu kilometer dari bibir pantai. Namun, saat ini kondisinya terus bertambah parah dan sudah mendekati rumah warga, bahkan ada yang sudah hancur,” tutupnya. (Rel/Ks)