Indeks Ekuitas Internasional ketiga menyoroti McDonald’s Indonesia, Super Indo, dan Subway Indonesia atas ketidakadilan dalam komitmen bebas kandang baterai
YOGYAKARTA, RELASI PUBLIK — Sebagai bagian dari 16 koalisi organisasi non-profit perlindungan hewan lintas negara, Mercy for Animals berkolaborasi dengan Animal Friends Jogja (AFJ), telah merilis edisi ketiga Indeks Ekuitas Bebas Kandang Internasional (26/9). Indeks ini mengkategorikan 40 restoran besar, produsen makanan, dan pengecer berdasarkan kesetaraan atau ketidakadilan dalam komitmen mereka terhadap telur bebas kandang baterai, serta transparansi mengenai perkembangan komitmen terhadap kesejahteraan hewan.
“Sebagai bagian dari isu global, perusahaan mempunyai tanggung jawab moral untuk memastikan kesejahteraan hewan yang diternakkan, khususnya ayam petelur dalam rantai pasokan mereka. Namun, komitmen terhadap telur bebas kandang baterai sering kali tidak menjangkau jaringan operasi mereka di seluruh dunia, dan industri telur hanya memindahkan praktik kekejaman terhadap hewan dengan mengekspor kandang dari negara bagian utara ke negara-negara selatan, alih-alih menghapuskannya. Indeks Ekuitas Bebas Kandang Internasional memberikan perhatian terhadap masalah ini di seluruh dunia”, ungkap Zoë Sigle, Direktur Global untuk Keterlibatan Korporat di Mercy for Animals.
Mars, McDonald’s, dan Walmart, merupakan beberapa perusahaan internasional yang terekspos karena kurangnya komitmen terhadap telur bebas kandang baterai, sementara Aramark, Compass Group, Costco, Kraft Heinz, dan Unilever mendapat peringkat yang baik karena mampu memenuhi laporan publik mengenai perkembangan komitmen global untuk telur bebas kandang di seluruh wilayah operasi mereka.
Lebih dari 40 merek internasional masuk dalam peringkat indeks. Dari Indonesia, terdapat nama-nama yang mendapat peringkat buruk, yaitu Super Indo yang merupakan brand milik Ahold Delhaize, salah satu perusahaan ritel terbesar dari Belanda. Super Indo telah mengumumkan komitmennya untuk menjual 100% telur bebas kandang baterai. Namun, mereka menetapkan waktu yang terlalu lama untuk menyelesaikan masa transisinya, yaitu 12 tahun dan juga menyematkan beberapa pengecualian dalam komitmen mereka. Selanjutnya, terdapat McDonald’s Indonesia yang tetap bungkam mengenai standar telur bebas kandang baterai dan Subway Indonesia yang tidak kunjung mengeluarkan komitmen lengkap bebas kandang baterai karena mereka enggan memberikan tenggat waktu masa transisi yang pasti dalam komitmennya. Ketiga brand tersebut sama-sama tidak melaporkan perkembangan komitmen global untuk penggunaan telur bebas kandang baterai.
“Ayam petelur menanggung rasa sakit dan penderitaan selama berjam-jam dalam jangka waktu yang singkat. Sistem kandang baterai seringkali berisi enam hingga sepuluh ekor ayam per kandang, tanpa ruang yang cukup bagi ayam untuk melebarkan sayapnya,” ungkap Elly Mangunsong, salah satu pendiri sekaligus Corporate Outreach Manager Animal Friends Jogja.
“Dalam sistem kandang baterai, ayam akan kesulitan mengekspresikan perilaku alaminya seperti bersarang, mematuk, mandi debu, mengais, dan bertengger. Ayam yang tidak mampu mengekspresikan perilaku alaminya, cenderung mudah mengalami frustasi dan stres,” tambah Elly.
Perusahan-perusahaan makanan seharusnya juga melaporkan komitmen global untuk penggunaan telur bebas kandang baterai, seperti bentuk tanggung jawab sosial perusahaan lainnya. Melaporkan perkembangan komitmen global ke publik artinya perusahaan mereka dapat dipercaya dan memiliki integritas. Penerapan tersebut sangat penting untuk memastikan bahwa perusahaan makanan benar-benar berkomitmen terhadap kesejahteraan hewan, khususnya ayam petelur, dan mendorong perubahan dalam sistem pangan kita. (rilis)