Relasipublik.com Painan – Sebanyak 12 jemaah Darul Hijrah, Pondok Pesantren Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan, Padang, di amankan Jajaran Polres Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel). Selasa, (14/11) dini hari, sekitar pukul 04.00 WIB.
Informasi dilapangan, pengamanan jemaah dan para santriwan saat itu, sekaitan dengan telah ditemukannya sebuah busur beserta sejumlah anak panah di sebuah Masjid Quba, di Koto Panjang, Kenagarian Barung-barung Balantai, Kecamatan Koto XI Tarusan.
Disisi lain, penemuan busur dan sejumlah anak panah tersebut, juga diduga ada kemiripan dengan alat (senjata) yang digunakan oleh 2 orang terduga teroris, pasca pembakaran yang terjadi di Mapolres Dharmasraya, Minggu lalu, (12/11).
Kapolres Pesisir Selatan, AKBP Ferry Herlambang, S.IK membenarkan informasi tersebut, bahwa pihaknya telah mengamankan busur dan sejumlah anak panah di Masjid Quba Koto Panjang, Tarusan. Namun, ia belum bisa memastikan apakah busur tersebut mirip dengan busur panah terduga teroris pesca pembakaran Mapolres Dharmasraya.
“Belum tahu, pihak kita masih menunggu tim identifikasi dari Polda. Mereka dalam perjalanan menuju Painan,” sebut Kapolres.
Sementara itu, Dian Hariono (35), salah satu warga Bukit Ngalau, Indarung Padang, yang ikut dalam dakwah tersebut, mengatakan, bahwa ia sudah sekitar tiga tahun bergabung menjadi jemaah tabligh di Masjid Al-Munawarrah, Berok, Padang. Dalam kesehariannya, ia bersama jemaah lainnya melaksanakan dakwah selama 40 hari penuh dalam setahun, dengan cara mengunjungi sejumlah Masjid yang ada, khususnya di Sumbar.
“Kami baru sekitar tiga hari berada di Pessel. Sebelumnya kami berada di Sijunjung melakukan dakwah. Anggota kami seluruhnya berjumlah 12 orang, 6 diantaranya Santriwan pondok pesantren Darul Hijrah Indarung, Padang. Dan 2 orang lagi masih calon. Kami khawatir dengan kejadian ini, merusak mental anak-anak kami,” sebut Dian, seraya menjelaskan bahwa sebanyak 12 anggota yang ikut dakwah tersebut, salah satunya adalah anak kandungnya.
Ketika ditanya terkait penggerebekan yang dilakukan pihak kepolisian saat itu, ia bersama dakwah yang lain mengaku kaget, sebab selama menjalankan dakwah, ia bersama pendakwah lainnya tak pernah merasa berbuat salah, apalagi melakukan hal yang aneh-aneh. Bahkan untuk biaya sehari-hari, kami harus berpatungan 10.000 peranggota selama 40 hari dilapangan.
“Saya sontak kaget, sebab anak-anak masih banyak yang masih tidur. Saya saat itu hendak melaksanakan shalat Tahajud sebelum masuk waktu Subuh,” ucapnya lagi.
Lebih lanjut kata dia, jika penemuan busur dan sejumlah anak panah dikaitkan dengan aksi terorisme pembakaran Mapolres Dhamasraya, ia mengaku tidak tahu informasi tersebut. Sebab, selama menjalankan dakwah, ia tidak memiliki Hp dan tidak mengetahui perkembangan informasi.
“Kami cuma ceramah di Masjid, dengan harapan agar masyarakat mau beribadah. Terkait panah yang ditemukan saat itu, pada zaman Rasulullah SAW ada tiga olahraga yang paling beliau senangi, yakni Memanah, Berenang dan Berkuda,” tutupnya. (Ok/RP)