Relasipublik.com Vatikan City – Paus Fransiskus berkesempatan mengobrol dengan enam astronot yang menghuni Stasiun Angkasa Luar Internasional (ISS). Perbincangan yang dilakukan melalui video callpada Kamis waktu setempat berdurasi 20 menit. Lalu, apa yang mereka bahas?
Dalam momen tersebut, pemimpin tertinggi agama Katolik itu menyoroti sejumlah pertanyaan besar tentang kehidupan, termasuk cinta, kebahagiaan dan bagaimana hidup tanpa gravitasi telah mengubah pandangan para astronot tentang dunia, seperti dikutip dari The Guardian pada Jumat (27/10/2017).
Astronot Amerika Serikat sekaligus komandan misi, Randy Bresnik (50), menerangkan bahwa dari tempat mereka berada saat ini, para astronot melihat sebuah dunia tanpa batas atau tanpa konflik.
“Yang membuat saya sangat bahagia adalah melihat keluar setiap hari dan menyaksikan ciptaan Tuhan. Jauh dari perang, kelaparan, polusi atau kebodohan manusia,” ujar Bresnik seraya menambahkan bahwa “masa depan umat manusia terlihat lebih baik dari atas sini”.
Paus Fransiskus pun menilai, Bresnik telah berhasil memahami bahwa Bumi “terlalu rapuh dan dapat hancur dalam sekejap”.
Sementara itu, astronot Italia, Paolo Nespoli (60), menuturkan bahwa meski dapat melihat Bumi dari ISS, ia masih tetap “bingung” dengan tempat manusia di dunia. Mark Vande Hei, astronot AS lainnya, mengaku melihat Bumi dari angkasa luar membuat mereka “menyadari betapa rapuhnya kita”.
“Astronomi membuat kita berpikir tentang cakrawala tak terbatas di alam semesta dan mengajukan pertanyaan ‘dari mana kita berasal, ke mana kita akan pergi?” ujar Paus Fransiskus.
“Tujuan kita di sini untuk menyebarkan pengetahuan, (tapi) semakin banyak kita belajar, semakin kita menyadari bahwa kita tidak tahu apa-apa,” tutur astronot Nespoli yang direspons oleh Fransiskus dengan anggukan dan senyuman. Ia melanjutkan, “Saya ingin orang-orang seperti Anda, para teolog, filsuf, penyair, penulis datang ke angkasa luar untuk mengeksplorasi apa artinya menjadi manusia di sini”.
Ternyata, Fransiskus bukanlah Paus pertama yang berbincang dengan para astronot yang tengah berada di angkasa luar. Pendahulunya, Benediktus XVI, juga pernah melakukan hal serupa, tepatnya pada 2011.
Sosok Fransiskus sendiri dikenal sebagai kritikus vokal soal efek manusia terhadap lingkungan.
“Bumi, rumah kita, mulai terlihat seperti tumpukan kotoran yang luar biasa. Lingkungan manusia dan alam memburuk bersama; kita tak dapat memerangi degradasi lingkungan secara memadai kecuali kita memerhatikan penyebab terkait dengan degradasi manusia dan sosial. Faktanya, kemerosotan lingkungan dan sosial memengaruhi mereka yang paling rentan di planet ini,” tulis Fransiskus dalam ensiklik 2015.
Sumber : Liputan6.com