PADANG, RELASIPUBLIK — Kemajuan olahraga saat ini sudah diakui tidak sebatas menang dan kalah. Lebih lanjut olahraga dianggap sebagai alat yang hemat biaya dan fleksibel untuk mempromosikan perdamaian dan tujuan pembangunan. Bahkan, secara global olahraga sebagai alat dalam metode pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Suistenable Development Goals-SDGs). Untuk mewujudkan “visi” global tersebut di lingkungan pendidikan, tentu peran guru olahraga sangat penting.
Hal ini menjadiperhatian guru besar UNP,Prof.SyahrialBakhtiar, Wakil Rektor IV UNP yang juga Ketua Pusat ISORI (Ikatan Sarjana Olahraga Indonesia).
“Olahraga menjadi Sport for Development atau alat pembangunan, untuk mewujudkan hal tersebut sangat sulit kalau kompetensi guru olahraga dan sarana prasarana olahraga di sekolah belum mendapat perhatian, terutama di wilayah 3T,” ujar Syahrial.
Safei, S.Pd., Guru Garis Depan di Manokwari, Papua Barat pun mengakui, bahwa banyak sekolah-sekolah di daerah Terpencil,Terdepan, Terluar yang memiliki guru olahraga tidak sesuai denganijazahnya.
“Banyak sekolah-sekolah yang tidak memperhatikan sarana prasarana olahraga di sekolah, banyaksekolah yang tidak memiliki lapangan olahraga sama sekali, minimal sekolah memiliki lapangan voli, bulutangkis dan lapangan bermain yang luas, selain itu kebutuhan akan guru olahraga SD di wilayah 3T sangat tinggi,” ujar Safei alumni FIK UNP Padang saat bersilaturahmi dengan Prof Syahrial Bakhtiar, Rabu (6/11).
Olahraga untuk pembangunan atau Sport for Development (S4D), sambung Syahrial, merujuk pada penggunaan olahraga dan aktivitas fisik dan permainan untuk mencapai Tujuan Pembangunan yang Berkelanjutan. Selain untuk sarana mempromosikan kesehatan fisik serta kebugaran, olahraga secara lebih jauh digunakan untuk mengembangkan berbagai komptensi hidup yang bermanfaat bagi anak-anak dan kaum muda.
“Keberadaan guru olahraga di wilayah 3T dengan segala keterbatasan harus dapat berpikir kreatif untuk tetap dapat mempromosikan tujuan olahraga secara lebih luas, hal tersebut dapat dilakukan dengan modifikasi alat dan memperkecil luas lapangan, guru olahraga harus jadi duta S4D di wilayah tugasnya, apalagi olahraga bisa menjadi media untuk penerapan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), karena dalam olahraga diajarkan respect,kejujuran, dan menghargai sesama,” ujar Syahrial, yang sehari-harinya Wakil Rektor 4 UNP di kantornya Rabu, (6/11).
Safei merupakan salah satu guru rekrutan SM-3T angkatan pertama yang direkrut oleh Kemedikbud. Ia sudah mengabdi di wilayah 3T selama 4 tahun.
“Dilema sekolah 3T mungkin hampir sama, selain keberadaan guru olahraga yang kurang, keberadaan sarana prasarana, terutama sarana olahraga yang layak sangat sulit ditemukan, karena banyak sekolah yang belum memperhatikan pentingnya sarana olahraga yang layak, apa lagi untuk wilayah 3T, kehadiran siswa sangat rendah, dengan adanya lapangan olahraga yang layak dan aktivitas bermain yang rutin, hal tersebut akan menjadi daya tarik anak untuk hadir kesekolah, anak-anak timur cepat bosan dalam kelas, mereka lebih aktif dalam aktifitas fisik, mereka cerdas secara kinestetik,”tambah Safei yang mendapat pembekalan Kepelatihan Guru Olahraga SD dari Dikbud di Bandung 27 Oktober sampai 4 November lalu.
“Saat pertama kali datang kesekolah pengabdian, pekerjaan pertama yang saya lakukan adalah membuat lapangan olahraga,” tutup Safei yang pernah diundang Unesco jadi pembicara di Hari Guru Dunia di Jakarta tahun 2018 lalu. (Agusmardi/Humas UNP)