Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMADAERAHTERBARU

Usai Shalat Ghaib dan Doa Bersama, Civitas Akademika Beserta Alumni Umuslim Takziah ke Rumah Almarhum Muhammad Zaki

236
×

Usai Shalat Ghaib dan Doa Bersama, Civitas Akademika Beserta Alumni Umuslim Takziah ke Rumah Almarhum Muhammad Zaki

Sebarkan artikel ini

BIREUEN ACEH-ACEH, RELASIPUBLIK.- Civitas Akademik dan Alumni Universitas Almuslim melaksanakan shalat ghaib dan doa bersama untuk almarhum Muhammmad Zaki di Mushalla Kampus Timur Universitas Almuslim. Kamis (02/7/2020)

Kegiatan yang di koordinator oleh Muhammad Dyian, Presiden Mahasiswa Umuslim beserta Ormawa Kampus berjalan dengan khidmat dan ditutup dengan takziah langsung ke rumah duka di Desa Cot Kruet, Kecamatan Makmur, Kabupaten Bireuen, serta sekaligus menyerahkan langsung donasi yang sudah terkumpul sebelumnya.

Dalam sesi kegiatan tersebut, ketua alumni Umuslim Munazir Nurdin turut memberikan sambutan dan ucapan apresiasi setinggi-tingginya kepada almarhum Muhammad Zaki yang sudah luar biasa mengabdikan diri mencerdaskan anak bangsa di pelosok ujung timur Indonesi tepatnya di Papua.

“Sungguh dedikasi yang sangat menginspirasi bagi kita semua terutama mereka yang berprofesi sebagai guru. Semoga kedepan dapat menumbuhkan semangat baru bagi pendidik agar terus memberikan yang terbaik kepada generasi bangsa”, tambahnya

Selain itu, Plt Rektor Umuslim Dr. Hambali, SE, M.Pd dalam sambutannya juga ikut berdukan cita atas kepergian putra terbaik Aceh dalam masa pengabdiannya dan ucapan terimakasih kepada Ormawa Kampus yang sudah menyelenggarakan acara ini.

Semoga dunia pendidikan terus berbenah dengan melahirkan pendidik yang begitu ikhlas dan penuh keyakinan dalam mengemban amanah layaknya seperti almarhum Muhammad Zaki,” Pungkas Plt Rektor Umuslim.

Untuk diketahui, sebelumnya tiga hari yang lalu, pantauan Relasipublik di salah satu laman akun media sosial Facebook, seorang Aktivis Perempuan Bireuen, yang juga Ketua Gerakan Perempuan Bireuen (GPB), Elga Saftri, menulis di dinding akunnya tersebut, sebuah surat terbuka sebagaimana yang tertulis dibawah ini.

SURAT TERBUKA
Perihal : Permohonan Apresiasi Kepada Almarhum Muhammad Zaki

Kepada Yth.
Bpk Plt. Gubernur Aceh, Bpk Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Pemerintah Daerah Setempat, Bpk/Ibu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan jajarannya.

Manusia mati meninggalkan Nama,
Entah itu baik atau pun buruk tergantung amal perbuatan dan niat selama menjalani kehidupan yg fana ini.

Seseorang mulia karena tindakan dan patut dijadikan teladan atas dedikasinya untuk selalu bermanfaat bagi yang lainnya,

Itulah sosok guru hebat yang pernah saya kenal ini. Namanya Muhammad Zaki bin Zakaria kelahiran Desa Cot Kruet, Kecamatan Makmur, Kabupaten Bireuen pada 22 Maret 1984 silam.

Almarhum sosok yang sederhana tapi punya hati yang sangat mulia. Hal itu tercermin dari perjalanan kehidupannya selama bertahun-tahun mengabdikan diri mengajar dan mendidik generasi bangsa di ujung timur Indonesia tepatnya di Nabire, Papua.

Tugas yang begitu berat karena kondisi lingkungan dan perjalanan yang ditempuh sangat ekstrem. Almarhum harus keluar masuk hutan, menaiki bukit, sungai tanpa sinyal ataupun lampu. Betul-betul sangat mengerikan. Belum lagi keadaan masyarakat setempat yang sangat berbeda adat kebiasaannya dengan kehidupan masyarakat pada umumnya.

Saya pernah mendengarkan langsung susahnya perjalanan beliau dalam mengabdikan dirinya disana. Namun berkat semangat dan keikhlasannya itu, semua dihadapi dengan semangat. Dan yang saya tau belum pernah sekalipun beliau mendapatkan bantuan ataupun penghargaan dari pemerintah dalam menjalankan tugasnya itu.

Bahkan mirisnya, tiga (3) bulan terakhir ketika beliau memposting keadaanya yang sedang sakit di pelosok Papua dan berharap bisa kembali ke Aceh untuk berobat, Namun sia-sia. Tak satupun yang menghiraukan hingga akhirnya almarhum seperti orang yang berputus asa.

Kemarin media sempat mengabarkan kondisinya yang sudah kritis selama seminggu. Ibu almarhum berusaha untuk menjenguknya tapi apa daya tidak ada dana. Dan yang saya tau ibu almarhum menumpang hidup dirumah saudaranya.

Dengan berat hati, ibunya harus mengikhlaskan anaknya wafat dan dikuburkan jauh disana. Sangat miris.

Kemana mereka yang punya kuasa dan dimana apresiasi kita untuknya.

Melalui tulisan ini, saya berharap pemerintah atau siapapun mereka yang punya kemampuan untuk memberikan apresiasi setinggi- tingginya kepada almarhum, atas pengabdian dan dedikasinya yang luar biasa dalam mendidik anak bangsa.

Minimal bisa dibangun rumah untuk ibunya dan memberikan sedikit dana untuk menjalani kehidupannya,” Tulis Elga Safitri Ketua Gerakan Perempuan Bireuen. (Hardani).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *