Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMAPENDIDIKANTERBARU

Sambut Gerhana Matahari 2019 dengan Pendekatan Iman

152
×

Sambut Gerhana Matahari 2019 dengan Pendekatan Iman

Sebarkan artikel ini

PADANG RELASIPUBLIK – Pusat Kajian Ilmu Falak FAI-UMSB melakukan sosialisasi perkiraan gerhana matahari yang akan terjadi pada tanggal 26 Desember 2019 mendatang .

Sosialisasi yang berlangsung pada Jumat (13/12) di studio Padang Tv dalam program Sumbar Rancak Bana itu dihadiri Wakil Rektor III, Dr.Mursal,M.Ag yang merupakan dosen Ilmu Ushul Fikih di UMSB bersama Dekan Fakultas Agama Islam sekaligus sebagai dosen Ilmu Falak, Firdaus, M.H.I dan Desminar, S.Ag, M.A sebagai dosen Fikih Munakahat.

Berdasarkan hisab (perhitungan) peredaran bumi mengelilingi matahari serta kedudukan antara bumi, bulan dan matahari pada satu garis astronomi. Dari hasil hisab tersebut diperkirakan bahwa pada tanggal 26 Desember 2019 kedudukan bulan berada di antara bumi dan matahari. Bulan berada pada posisi terjauh. Piringannya tampak lebih kecil dan tidak menutupi seluruh piringan Matahari. Akibatnya, masih ada cahaya Matahari yang sampai ke Bumi. Bagi pengamat di Bumi, Matahari akan tampak seperti cincin api di langit. Saat gerhana matahari cincin, langit siang yang terang akan perlahan berubah seperti senja.

Peristiwa ini diperagakan secara langsung oleh Firdaus, M.H.I selaku dosen Ilmu Falak menggunakan alat peraga sederhana berupa senter besar sebagai matahari, piringan kecil sebagai bulan dan bola sebagai bumi yang dipersiapkan dari laboratorium Ilmu Falak Fakultas Agama Islam UMSB.

Menurut Dr. Mursal, M.Ag, fenomena ini selain disebutkan dalam al –Qur’an surah al-Anbiya’ ayat 33 juga didukung oleh sains untuk membuktikan hal tersebut. Sehingga dapat diprediksi dengan jelas kapan waktu dan dimana titik terjadinya gerhana matahari tersebut. “Memang perhitungan secara hisab ini juga didukung oleh rukyat pengamatan menggunakan alat-alat optik sains. Sehingga bisa diprediksi dengan jelas kapan waktu kejadian dan titik-titik terjadinya peristiwa gerhana matahari.” katanya.

Namun persoalan yang umum terjadi di masyarakat, fenomena gerhana matahari hanya dianggap sebagai peristiwa alam biasa. Tanpa disadari adanya unsur uluhiyah dan ubudiyah dalam peristiwa tersebut. Sebagaimana dituturkan oleh Desminar, S.Ag. M.A dosen Fikih Munakahat, “Biasanya masyarakat kita hanya melihat peristiwa gerhana matahari, sampai gerhana itu selesai. Padahal ada pesan dari Rasulullah, jika ada yang melihat terjadinya gerhana, maka shalatlah dan berdoalah.Istilah fikihnya disebut shalat khusuf. Dalam ibadah itu ada hikmah untuk mengingat kebesaran Allah dan mengagungkan Allah atas tanda-tanda yang ditunjukkanNya.” terangnya.

“Adapun yang saya ketahui dari segi ilmu kedokteran, cahaya matahari saat setelah terjadinya gerhana matahari lebih tajam dan dapat merusak mata. Oleh karena itu perlu diwaspadai melihat gerhana matahari secara langsung tanpa mengenakan kacamata pelindung atau kacamata khusus gerhana matahari. Sehingga dari sosialisasi ini diharapkan dapat memberikan peringatan kepada masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Sumatera Barat.” tambah Firdaus, M.H.I. **

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *