Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMADAERAHNASIONALTERBARU

Ranah Minang Bukan Sarang Teroris

209
×

Ranah Minang Bukan Sarang Teroris

Sebarkan artikel ini

PADANG, RELASIPUBLIK — Sejumlah Tokoh Adat, Alim Ulama dan Cadiak Pandai di Ranah Minang, membantah pernyataan Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Mabes Polri bahwa Provinsi Sumatera Barat merupakan sarang teroris. Tokoh masyarakat ini menilai, kalau pun ada penangkapan teroris di Sumbar, itu hanyalah teroris yang kebetulan transit di Sumbar, bukan menjadikan Sumbar sebagai persembunyian ataupun tempat latihan.

Menurut Ketua DPW Gebu Minang Sumbar, Buya H. Boy Lestari Dt. Palindih, pernyataan Sumbar sarang teroris itu, membuat masyarakat Sumbar menjadi tidak aman, tidak nyaman sehingga menimbulkan keresahan di tengah masyarakat.

“Ini pemikiran saya, unek-unek yang harus saya sampaikan soal Sumbar disebut sarang teroris, sarang radikalisme. Pernyataan ini jelas membuat masyarakat Sumbar resah. Padahal, hal itu tidak benar adanya,” ungkap Buya H. Boy Lestari yang juga Ketua DPP Majelis Dzikir Babussalam.

Ditegaskan Buya Boy Lestari yang juga Ketua Persaturan Tarbiyah Islamiyah (Perti) Sumbar, dalam tataran kehidupan bermasyarakat, anak kemenakan di ranah minang hidup dalam tatanan Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah (ABS-SBK). Sumbar juga punya banyak tokoh adat, ulama, dan bundo kanduang yang selalu memberikan arahan dan pedoman pada anak kemenakan dan umatnya. Karena itu, pesta demokrasi sekelas pemilihan presiden (Pipres) dan pelilihan umum legislatif (Pileg) yang baru saja berlangsung, kondisi Sumbar aman-aman saja, meski persaingan antar kubu cukup tajam secara nasional. Namun di Sumbar, tak ada riak yang mengarah pada memecah belah masyarakat.

“Karena masyarakat Sumbar mempunyai tokoh-tokoh adat, alim ulama, cadiak pandai dan bundo kanduang yang selalu hadir di tengah-tengah anak kemenakan dan umatnya. Meski begitu, kita selalu berharap, masyarakat Sumbar tidak ikut terprovokasi oleh yang mengarah pada memecah belah dan merusak silaturahmi antara masyarakat,” ujar Buya Boy Lestari, dalam jumpa pers, Sabtu (27/7/2019) di Padang, bersama Ketua LKAAM Sumbar DR. M. Sayuti Dt. Rajo Panghulu dan Ketua MUI Kota Padang Prof. DR. H. Duski Samad.

Keterkejutan yang sama soal pernyataan Sumbar sarang teroris dan radikalisme, juga disampaikan Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar, Dt. M Sayuti. Dikatakan, kalau benar Sumbar sarang teroris, tentu ada titik-titik lokasinya, setidaknya tempat latihannya. Kalau hanya ada penangkapan satu dua orang, lalu digeneralisir bahwa Sumbar sarang teroris, jelas hal itu tidak benar.

“Karena itu, kita minta para pemimpin di Sumbar, baik para kepala daerah mulai gubernur hingga bupati/walikota, Kapolda, Danrem, Kajati hingga Kapolres, jangan tinggal diam menyikapi informasi ini. Harus disikapi kebenaran informasi ini, kalau perlu ramai-ramai datangi lokasi atau rumah tempat penangkapan teroris itu, apa betul tempat itu sarang teroris. Pastikan dan sampaikan ke publik kebenarannya,” ungkap Dt. M Sayuti.

Kalau Sumbar dikatakan sarang teroris dan radikalisme, lanjut Dt. M. Sayuti, kenapa pemilu di Sumbar aman-aman saja. Padahal, kalau memang teroris itu bersarang di Sumbar, saat pemilu legislatif dan pilpres lalu, merupakan momen yang tepat bagi mereka untuk beraksi. “Ini justru diributkan setelah pemilu selesai. Itupun yang ditangkap Cuma satu orang penjual garam,” jelas Dt. M. Sayuti.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Padang, Prof. DR. H. Duski Samad menyampaikan, pada prinsipnya orang Sumbar itu adalah sosok yang cerdas. Kalau akan melakukan sesuatu, penuh dengan berbagai pertimbangan, karena mereka memiliki kekerabatan yang kuat, baik sesama masyarakat di Sumbar maupun dengan orang rantau. Beda dengan teroris, mereka orang-orang yang hidup sendiri dan tidak bermasyarakat.

“Karena itu secara logika adat dan budaya, maupun logika agama, tidak mungkin ornag minang itu jadi teroris. Kalau pun ada orang minang jadi teroris, itu mungkin ornag minang yang telah tercerabut dari akar budayanya,” ujar Prof. Duski Samad.

Karena itu, Prof. Duski Samad meminta pada pihak-pihak terkait agar jangan mengeneralisir persoalan, jangan pula angek tadah pado galeh dan jangan bawa-bawa persoalan ini pada konteks politik praktis yang akan membuat masyarakat terjebak pada jurang yang dalam.

“Secara psikologis, demografis dan sosiologis, jelas tidak mungkin orang minang jadi teroris, karena orang minang tak bisa hidup dalam kesendirian. Mereka selalu hidup di tengah kaum kerabatnya dan suka bersilaturahmi,” ungkap Prof. Duski.

Sebelumnya, Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (23/7/2019) mengatakan, anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Sumatera Barat (Sumbar), Novendri, telah merencanakan aksi teror ke markas-markas polisi. Novendri disebut tergabung dalam JAD Sumbar pimpinan May Yusral alias Umar, yang ditangkap pada Agustus 2018.

“Kelompok ini telah mensurvei beberapa tempat di wilayah hukum Polda Sumatera Barat yaitu Polda Sumatera Barat, Mako Brimob Polda Sumatera Barat, Polresta Padang, Polres Bukittinggi, Polsek Padang Utara, Polsek Koto Tangah, pos lalu lintas Masjid Raya Sumatera Barat dan pos lalu lintas di samping di samping tempat perbelanjaan Plaza Andalas,” kata Brigjen Dedi Prasetyo dikutip dari detik.com.

Dedi menerangkan dua terduga teroris dari JAD Sumbar yaitu May Yusral alias Umar dan Hendrik Syafran alias Ayub diketahui juga pernah menjalani pelatihan militer di Suriah menggunakan senjata laras panjang jenis AK-47.

“Kelompok ini mempunyai dua pucuk senjata api laras panjang dengan amunisi 5,56 mm sebanyak 500 butir dan beberapa samurai,” ujar Dedi.

Dedi menambahkan, Novendri pernah mencoba merakit bom di belakang rumahnya, namum gagal meledak. Novendri alias Abu Zahran alias Abu Jundi ditangkap Densus 88 Antiteror pada Kamis (18/7), pukul 21.59 WIB di Padang, Sumbar. Polri menyebut Novendri terhubung dengan jaringan teroris di dalam maupun luar negeri.

Kapolda Sumbar, Irjen Fakhrizal mengaku kaget dan menepis anggapan bahwa Sumbar tak aman. Dia memastikan wilayahnya tetap kondusif. “Saya juga putra daerah Sumbar, dan saya yakin tidak mungkin orang Sumbar mengebom daerahnya sendiri. Kita lihat semua, Sumbar sampai sekarang kan kondusif pasca pileg, pilpres ini. Sangat tenang masyarakat, kondusif tidak terjadi apa-apa. Jadi saya juga mengimbau kepada masyarakat terkait pemberitaan ini (teroris) tidak usah resah. Kapolda menjamin situasi Sumbar aman,” ujar Kapolda Irjen Fakhrizal kepada wartawan di Mapolda Sumbar, Padang, Rabu (23/7/2019).

Fakhrizal menjamin kondisi Sumbar yang kondusif tersebut. Ia menegaskan bahwa tidak mungkin orang asli Sumbar melakukan aksi peledakan bom di daerahnya sendiri.

Menurut Fakhrizal, dari laporan anggotanya tidak ditemukan bom dan senjata api dari penangkapan terduga teroris Novendri. “Saya juga kaget dengan berita itu. Karena setelah penangkapan itu, saya juga langsung menanyakan ke Dirintel dan Dirkrimum, gimana proses penangkapannya,” tuturnya. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *