Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMATERBARU

Nasrul Abit Diduga Melanggar Aturan, Beredar Distatus Anggota DPRD Pessel

232
×

Nasrul Abit Diduga Melanggar Aturan, Beredar Distatus Anggota DPRD Pessel

Sebarkan artikel ini

PADANG, RELASIPUBLIK —  Seorang anggota DPRD Kabupaten Pesisir Selatan, dari Fraksi PAN menulis indikasi pelanggaran aturan dilakukan wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit, saat masih menjabat bupati didaerah tersebut.

Tulisan dalam status di face book tersebut, berkaitan dengan laporan pertanggung jawaban Bupati Pessel Hendrajoni, berikut kutipan status tersebut.

Hasil Audit Investigasi BPKP Terhadap Proyek Relokasi RSUD M Zein Painan: Banyak Penyimpangan, dan Merugikan Keuangan Negara Rp32,135 Miliar

Selesai menyampaikan kata sambutan atas kesepakatan Nota KUA dan PPAS RAPBD Tahun Anggaran 2021, Senin (10/8-2020), Bupati Hendrajoni (HJ) menyampaikan hasil audit investigasi BPKP Perwakilan Sumbar terhadap Proyek Relokasi RSUD M Zein Painan di Bukit Kabun Taranak.

Di penghujung rapat paripurna DPRD yang terbuka untuk umum tersebut, Bupati HJ menyampaikan, bahwa pihaknya tidak akan melanjutkan proyek relokasi RSUD M Zein Painan di Bukit Kabun Taranak tersebut, karena banyak penyimpangan, dan telah merugikan keuangan negara Rp32,135 miliar.

Adapun hasil audit BPKP Perwakikan Sumbar nomor: LAINV-316/PW03/5/2019 tanggal 3 September 2019 tersebut adalah:

1. Pembangunan relokasi RSUD M Zein Painan tidak memenuhi persyaratan lokasi sesuai Permenkes nomor: 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, dan pembangunannya tidak didukung dengan dokumen Amdal.

2. Pemilihan jenis pondasi berdasarkan rekomendasi PT Pandu Persada selaku konsultan perencana kurang memperhitungkan kesesuaian kondisi tanah, dan pematangan lahan tidak dilakukan sesuai prosedur dalam laporan studi kelayakan dan dokumen UKL UPL.

Hasil pemeriksaan ahli dari Universitas Narotama Surabaya yang diketuai Dr. Ir. Koespiadi, MT tanggal 29 Agustus 2018, menyimpulkan bahwa pelaksanaan pembangunan gedung relokasi RSUD M Zein Painan tidak sesuai dengan persyaratan dan peraturan yang berlaku, yaitu SNI 8470 (2017), ICE MoGE Vol. 2 (2012), ACI 318-14, SNI 2847-2013, yaitu serviceability pondasi bangunan sudah tidak terpenuhi.

Mengingat pondasi konstruksi sarang laba-laba (KSLL) tidak mampu memikul beban bangunan, ahli tidak merekomendasikan untuk dilakukan perbaikan terhadap bangunan gedung. Dan, bangunan gedung menyimpan tegangan potensial akibat terjadinya penurunan fondasi secara terus menerus. Lagi pula, penggunaan konstruksi fondasi KSLL sudah dibekukan oleh Kemenkum-HAM, karena ada sengketa.

3. Proses pelaksanaan pengadaan (lelang) tidak sesuai Perpres Nomor: 54 Tahun 2010 yang sudah diubah dengan Perpres Nomor: 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Yaitu, dokumen yang diunggah PT Waskita Karya (Persero) pada http://lpse.pesisirselatankan.go.id, ditemukan dokumen yang menggunakan materai asli dengan nomor berbeda dengan nomor yang di-upload, dan terdapat perubahan materai pada jaminan Fire Supression.

Selanjutnya, berdasarkan pemeriksaan terhadap proses lelang yang dilaksanakan melalui proses e-procurement oleh ULP Kabupaten Pessel, terindikasi ada persekongkolan di antara peserta lelang yang memasukan penawaran, dengan temuan sebagai berikut:
a. Terdapat kesamaan dokumen dukungan.
b. Seluruh penawaran mendekati HPS.
c. Pengunaan IP Address (identitas setiap perangkat komputasi) yang sama pada seluruh penawar.

Akibat penyimpangan-penyimpangan tersebut telah menimbulkan kerugian keuangan negara sebesar Rp32,135 miliar.

Sebelumnya, Bupati HJ juga menyampaikan, bahwa hasil pemeriksaan BPK Perwakilan Sumbar terhadap LKPD Tahun Anggaran 2016 Nomor: 35.C/LHP/XVIII.PDG/05/2017 tanggal 29 Mei 2017, mengeluarkan rekomendasi kepada Bupati (Bupati HJ) agar meminta pertanggungjawaban Bupati Periode 2010-2015 (Nasrul Abit), karena pelaksanaan proyek relokasi RSUD M Zein Painan tersebut melanggar Pasal 54A Ayat (6) Permendagri Nomor: 21 Tahun 2011 yang berbunyi, “jangka waktu penganggaran kegiatan tahun jamak, tidak melampaui akhir masa jabatan kepala daerah”, karena masa kontrak proyek tersebut berakhir pada bulan Juni 2016, sementara masa jabatan Bupati periode 2010-2015 berakhir pada bulan Oktorber 2015, sesuai dengan Surat Mendagri Nomor: 131.13-5680 Tahun 2015 tanggal 19 Oktober 2015 tentang Pemberhentian Dengan Hormat Bupati Pesisir Selatan, yang pada saat ditetapkan sebagai Calon Wakil Gubernur Sumbar.

Selain itu, juga ditemukan kejanggalan, bahwa pekerjaan dimulai tanggal 18 Mei 2015, bersamaan dengan keluarnya IMB, dan IMB yang dikeluarkan ada dua buah dengan nomor dan tanggal yang sama, tapi luasnya berbeda, yang satu luasnya 9.998 meter persegi, dan satu lagi 11.919 meter persegi.

Proyek relokasi RSUD M Zein Painan ini dibangun menggunakan dana pinjaman dari Pusat Investasi Pemerintah (PIP) yang kini berubah nama jadi PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) berdasar Perda Nomor: 3 Tahun 2014 tanggal 21 Agustus 2014 tentang Pinjaman Pemkab Pessel kepada PIP. Besar pinjaman Rp99 miliar, dengan rincian Rp96 miliar untuk konstruksi dan Rp3 miliar untuk Alkes, dan jangka waktu pinjaman selama lima tahun.

Di kesempatan itu, Bupati HJ juga menyampaikan, bahwa persoalan proyek tersebut sudah diusut Polda Sumbar, dan beberapa pejabat terkait sudah diperiksa. Dan sebelumnya, dalam keterangan LKPD Tahun Anggaran 2019 yang sudah diaudit BPK, disebutkan, bahwa hasil audit investigasi BPKP tersebut sudah diserahkan Bupati HJ kepada KPK pada tanggal 2 Juni 2020, dengan surat nomor 700/1581/Insp-PS/VI/2020.

Atas penyampaian Bupati tersebut, saya selaku pribadi dan ketua Fraksi PAN akan membahasnya di rapat Fraksi dan di rapat-rapat agenda dewan lainnya, untuk bersikap. Dan, saya mendorong penegakan hukum atas temuan dugaan tindak pidana yang terjadi pada proses pelaksanaan proyek tersebut.

Di awal Bupati HJ hendak menyampaikan hasil audit tersebut, saya intruksi melalui pimpinan sidang, supaya berkas yang akan disampaikan tersebut juga diberikan kepada seluruh anggota DPRD, supaya bisa dibahas untuk menentukan sikap. Atas permintaan saya tersebut, Bupati HJ memerintahkan
Inspektorat membagikan berkas yang saya minta.

Rapat paripurna tersebut dihadiri oleh unsur Forkopimda, Sekda, Sekwan, kepala OPD, wartawan, LSM, dan undangan lainnya.(***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *