Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BERITA UTAMAOPINIPENDIDIKANTERBARU

Kids Zaman Now dalam Persepsi Masyarakat

285
×

Kids Zaman Now dalam Persepsi Masyarakat

Sebarkan artikel ini

Masih ingatkah anda dengan ratusan anak di Jawa Barat yang terpaksa harus dirawat di rumah sakit jiwa karena kecanduan gadget? Anak yang masih duduk di bangku SD sudah merokok? Dan masih ingatkah dengan kasus bullying yang menimpa salah satu siswa SMA di Bogor, yang menurut pengakuan dari orang tuanya korban sudah berhasil menenggak minuman beralkohol, cara belajar tawuran hingga dipukuli oleh kakak kelasnya? Nah, kasus-kasus diatas dikenal dengan fenomena kids zaman now.

Istilah zaman now jika diartikan secara harfiah berarti zaman sekarang, namun istilah ini lebih ditujukan kepada perilaku atau tingkah laku yang terjadi pada remaja zaman sekarang. Zaman now ini terdiri dari anak-anak yang lahir dari tahun 2000-an, yang berusia sekitar 7 tahun sampai 17 tahun. Pada zaman ini, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya dengan gadget dan tidak lagi bahkan hanya sedikit sekali yang menghabiskan waktu dengan bermain bersama teman sebaya dan memainkan permainan tradisional zaman dahulu.

Anak-anak pada zaman ini anak cenderung lebih memilih untuk asik dengan gadget dan media sosialnya sendiri, seperti : instagram, twitter, facebook, youtube dan lainnya. Dan mulai hilangnya peran orang tua, minat membaca buku menurun yang tergantikan dengan buku online, mulai mencoba hal-hal yang baru seperti : merokok, tawuran dan bullying serta anak yang menjadi lebih kritis.

Bahkan dalam gaya hidup yang bergantung dengan gadget atau smartphone, dengan selalu mengabadikan sesuatu dengan cara selfie (berfoto), seperti : sebelum makan selfie, terjebak dalam kemacetan selfie, sebelum tidur pun harus selfie, sedang menangis selfie dan sampai tidak memperhatikan keselamataannya lagi.

Dalam fashion pun, juga mengikuti trend yang sedang ramai dibicarakan seperti : mengikuti idol k-pop, apa yang dipakai dan dibeli bahkan sampai pada make-up dan skincare yang dipakai idolanya harus dibeli yang tidak lagi memperhatikan harganya. Contoh seorang remaja yang sangat menyukai seorang k-pop laki-laki, akan meniru dari rambut bahkan sampai diwarnai sesuai dengan rambut idolanya tersebut, gaya berpakaian, berjalan dan bahasanya dalam sehari-hari.

Perbedaan kids zaman now disini terdapat pada kendaraan yang dinaiki untuk ke sekolah yang tidak lagi menggunakan sepeda, lagu yang berunsur cinta-cintaan, film yang tidak sesuai dengan usianya, gaya yang terlalu dewasa, sikap yang terbuka, pergaulan yang bebas tanpa larangan orang tua seperti pulang larut malam, games yang lebih cenderung kepada gadget, budaya dengan pertunjukan tari yang dibawa dari luar dan apa saja yang dibawa ke sekolah seperti make-up dan gadget.

Persepsi masyarakat dalam fenomena kids zaman now ini berbagai macam, dari yang negatif seperti : sangat meresahkan ketika mereka berkumpul hingga larut malam dengan menyebabkan kebisingan hingga keributan, ketakutan ketika mereka tawuran karena membawa senjata tajam dan tidak bisa dihalangi dan dilerai, dinilai tidak sopan kepada orang yang lebih tua dan kurangnya rasa bekerja sama dalam suatu kegiatan dilingkungan masyarakat karena sikap acuh mereka.

Kurangnya pengawasan dari orang tua juga menjadi salah satu penyebab dari terjerumusnya anak ke dalam dunia kids jaman now serta kecanggihan teknologi pada zaman sekarang. Sedangkan dampak positif dari kids zaman now ini seperti : luasnya pergaulan, lebih mudah mengakses pengetahuan untuk mendapatkan ilmu serta bisa mengupdate informasi terbaru dan menjadi pribadi yang lebih berani dan terbuka.

Dalam teori psikologi, Albert Bandura menjelaskan tentang belajar sosial, dimana perilaku manusia dipengaruhi dan dipelajari dengan cara mengamati orang lain baik itu sikap, perilaku, gaya hidup bahkan bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Contoh dalam teori ini adalah seorang anak yang selalu meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya dan lingkungannya.

Disini peran orang tua sangatlah besar, orang tua harus lebih memperhatikan dan mengawasi serta membimbing anak-anaknya, menuntun kepada mana yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Tidak terlalu mengekang anak dengan peraturan-peraturan yang dibuat, selalu mendukung dan menghargai anaknya bahkan ketika anak tidak menjadi seperti yang diharapkan, contohnya ketika anak tidak menjadi juara kelas, sehingga anak tidak berkecil hati dan mencari hiburan lain melalui teknologi yaitu dengan gadget.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *